Solo – Malam 1 Suro identik dengan malam sakral, malam yang diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa Tengah untuk melakukan ritual ngalap berkah.
Saat malam 1 Suro, masyarakat Jawa yang masih kental dengan budayanya juga melakukan penjamasan pusaka atau membersihkan pusaka, hal ini dilakukan untuk nguri-uri atau melestarikan budaya luhur warisan nenek moyang kita yang dipercaya dapat meningkatkan derajat dalam kehidupan manusia.
Ngalap berkah atau mencari berkah di malam 1 Suro banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat yang meyakini bahwa di malam itu adalah saat yang tepat untuk membersihkan dan menyucikan diri, baik dengan melakukan puasa atau laku.
Seperti yang dilakukan oleh Slamet (50) dengan istrinya Tumini, setiap malam 1 Suro selalu meluangkan waktu untuk laku prihatin dengan berjalan kaki dari desanya Kacangan Sragen menuju Pura mangkunegaran atau Karaton Surakarta, ini dilakukan sejak Slamet masih berumur belasan tahun. Lelaki yang setiap harinya berprofesi sebagai tukang bangunan di Jakarta ini menjelaskan bahwa dia meyakini bahwa denganlaku prihatin yang dilakukan setiap malam 1 Suro apa yang diinginkannya selalu terkabul, selain mengingatkan ajaran ayahnya juga melestarikan kebudayaan Jawa yang adiluhung.
Namun semua kembali kepada kita yang meyakininya, sebagai masyarakat yang berbudaya juga harus selalu nguri-uri kebudayaan yang ada di sekitar kita.