Jakarta – Pertumbuhan impor barang produks Cina dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, Cina menjadi pemasok barang impor nonmigas terbesar ASEAN selama Januari hingga Desember 2009 jika dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya mencapai US$3,4 miliar per tahun. Pertumbuhan ini akan terus naik seiring dengan keikutsertaan Indonesia dalam Asean-China Free Trade Agreement (AC-FTA) atau perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China yang dimulai 1 Januari 2010.
Seperti dilansir dari BBC, Pemberlakuan era perdagangan bebas ASEAN-Cina yang dimulai Januari lalu banyak mengkhawatirkan pengusaha lokal. Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia API, Ade Sudrajat mengatakan sektor tekstil sudah sejak lama terpukul akibat kalah saing dengan produk murah asal Cina. Menurut catatan API, semakin mendekati pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN-Cina, sudah ada yang merumahkan lebih dari 11 ribu buruh dalam industri tekstil di Indonesia.
Namun Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan AC-FTA tidak merugikan Indonesia. Beberapa waktu lalu di depan Komisi Perdagangan DPR, Sri Mulyani menjelaskan dengan mengikuti perjanjian ini akan berpengaruh positif terhadap laba bersih dari badan usaha negara atau BUMN. Keuntungan ini diperoleh karena barang impor yang digunakan oleh badan usaha milik negara akan lebih murah diperoleh.
Sebaliknya BUMN juga dapat menjual produknya ke Cina dengan lebih murah. Menkeu juga menyatakan, sekitar 90 % penerimaan pemerintah dari laba BUMN berasal dari pertambangan, telekomunikasi, perbankan dan jasa keuangan. Dan, kata Sri Mulyani, kalangan BUMN ini memerlukan barang modal antara lain dari Cina.
(Diolah dari BBC Indonesia)