Solo – Meramaikan peringatan HUT Ke-265 kota Surakarta, malam tadi (17/02) koridor Ngarsopuro digelar ketoprak Boyong Kedaton. Ketoprak ini diperankan oleh beberapa pemain yang berasal dari grup Ketoprak Ngapung dari Balekambang.
Meski Gerimis, penonton enggan beranjak dari pelataran koridor Ngarsopuro, meski malam harinya night market pasar Ngarsopuro terlihat sedikit sepi, ternyata tidak menyurutkan pengunjung untuk melihat penampilan ketoprak yang sering mengisi acara di Balekambang.
Acara yang diawali dengan kisah perpindahan Keraton dari Kartasura ke Surakarta, ketika Sunan Paku Buwono II kembali dari Ponorogo, beliau menyaksikan kehancuran bangunan istana. Rusaknya bangunan istana itu disebabkan ulah dari para pemberontak Cina. Bagi Sunan, keadaan tersebut mendorong niatnya untuk membangun sebuah istana yang baru, kemudian, ia mengusulkan kepada para para punggawa kerajaan untuk membangun sebuah istana baru.
Dalam konteks kota Solo sendiri, kelahiran kota ini merupakan peristiwa sejarah yang ditandai dengan perpindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala. Pemilihan lokasi dibangunnya keraton Surakarta sendiri bermakna bagi eksistensi kerajaan. Konsep Kutaraja yang dikelilingi benteng Baluwarti berada di lokasi pusat perdagangan di sepanjang sungai Bengawan Solo, mengingat di sana terdapat pertemuan sejumlah sungai yang pada masa itu merupakan satu-satunya sarana transportasi perdagangan.
Dalam adegan ketoprak Boyong Kedaton ini para pemain sengaja menggunakan kata-kata yang mudah dicerna dan dipahami oleh penonton dengan mengusung tema-tema sosial yang terjadi saat ini.