Solo- Sejak tahun 1975, PBB telah mensponsori Hari Perempuan Sedunia. Penetapan tanggal 8 Maret juga buka tanpa alasan. Berdasarkan penelusuran dari Wikipedia, pada 8 Maret 1908, ribuan pekerja perempuan dari industry tekstil mengadakan demonstrasi di kota New York. Hari perempuan Sedunia untuk pertama kalinya diadakan di Jerman, Denmark, dan Amerika Serikat dengan melakukan demonstrasi massal oleh kaum pekerja perempuan.
Sembilan puluh delapan tahun sudah berlalu sejak Hari Perempuan Sedunia yang pertama kali dirayakan. Senin (08/03), sekelompok aktivis solidaritas perempuan melakukan aksi merayakan Hari Perempuan Sedunia. Ini adalah wujud partisipasi bersama warga dunia merayakan Women’s International Day.
Di Solo sendiri tidak ada perayaan khusus menyambut hari perempuan ini. Itulah yang membuat hanya segelintir orang yang tahu tentang perayaan ini. Dari sekian banyak perempuan muda, Indah Suryani (22) adalah salah satu orang Solo yang mengetahui soal Hari Perempuan Sedunia ini. Perempuan yang baru saja menyelesaikan studinya di Ilmu Komunikasi UNS Solo ini melihat bahwa hari khusus buat perempuan di luar lebih booming dari pada di negeri ini.
Saat ditemui Timlo.net di UNS, Selasa (09/03), wanita yang pernah melakukan penelitian terhadap partisipasi wanita dalam partai ini menilai bahwa isu perempuan di Indonesia masih sekitar HAM- Hak Asasi Manusia dan KDRT- Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Lebih lanjut Indah berkata, “Di negara seperti Skandinavia, isu perempuan yang mulai berkembang adalah keterlibantan mereka di dalam pemerintahan.”