Kamis, Maret 30, 2023
  • Tentang Kami
  • Karir
Timlo.net
No Result
View All Result
  • Seni Budaya
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Olah Raga
  • Solo dan Sekitar
  • Wisata
  • Gaya Hidup
  • Nasional
  • Manca
  • Regional
    • Solo
    • Sragen
    • Karanganyar
    • Klaten
    • Wonogiri
    • Sukoharjo
    • Boyolali
  • Indeks
  • Seni Budaya
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Olah Raga
  • Solo dan Sekitar
  • Wisata
  • Gaya Hidup
  • Nasional
  • Manca
  • Regional
    • Solo
    • Sragen
    • Karanganyar
    • Klaten
    • Wonogiri
    • Sukoharjo
    • Boyolali
  • Indeks
Timlo.net
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup

Keprihatinan Terhadap Minat Baca

by
9 Maret 2010 | 16:38
in Gaya Hidup, Umum
Share on FacebookShare on Twitter

Solo – Buku adalah jendela informasi dunia. Ada pula yang menyebut buku sebagai guru yang paling sabar. Dan dalam sebuah iklan layanan masyarakat, Tantowi Yahya jelas mengatakan bahwa orang yang tidak suka membaca buku adalah mereka yang dekat dengan garis kemiskinan. Yang jelas keberadaan buku dalam masyarakat adalah baik adanya, dan buku ada untuk dibaca.

Akan tetapi, pada kenyataannya dari institusi keluarga sendiri sejak dini tidak membiasakan budaya membaca kepada anggotanya. Yang dilakukan oleh keluarga adalah malah menyerahkan pendidikan literacy ini pada sekolah.

BacaJuga

Novel Romo Mangun, Sastra Hati Nurani

Bincang Buku Legiun Mangkunegaran dan Pangeran Sambernyawa

Menggapai Mimpi di Negeri 5 Menara

Itulah yang diungkapkan Bandung Mawardi di sela-sela acara Ngudarasa Sastra, di Balai Soedjatmoko, Minggu (07/03). Peneliti di Kabut Institut Solo dan Redaktur Jurnal Kandang Esai itu mengungkapkan keprihatinannya terhadap minat baca di kalangan anak muda saat ini.

“Kebanyakan anak muda mulai mengeluh terhadap tidak tersedianya bacaan untuk mereka. Padahal kalu saya lihat, mereka mampu membeli sepatu, celana, ataupun nonton bioskop. Tetapi untuk membeli buku seharga 30.000 rupiah, mereka tidak mau.”, ungkap Bandung.

Karena kurangnya edukasi dari institusi keluarga yang memberikan stimulus untuk membaca. Keluarga menyerahkan pendidikan literacy ini kepada sekolah, selanjutnya sekolah menyalahkan pemerintah. Yang penting adalah kita harus bisa keluar dari lingkaran ini.

Tags: bandung mawardi

Previous Post

Perlunya Kepedulian Dalam Berparkir

Next Post

Perupa Indonesia Pameran di Singapura

Berita Terkait

RUU Pilkada, Eks Napi Korupsi Tak Boleh Mencalonkan Diri

Novel Romo Mangun, Sastra Hati Nurani

13 Maret 2013
Pejabat Rutan Cipinang Bahas Penempatan Sel Ahmad Dhani

Bincang Buku Legiun Mangkunegaran dan Pangeran Sambernyawa

4 Maret 2012

Menggapai Mimpi di Negeri 5 Menara

27 September 2010

Perspektif Ayah dan Anak dari Ketenangan Merentang Kenangan

26 September 2010

Menyemaikan Wacana Pembelajaran Sastra

8 Maret 2010
Next Post

Perupa Indonesia Pameran di Singapura

Terkini

Resep es jeruk kopyor

Resep Es Jeruk Kopyor Paling Praktis, Mudah, Efisien, Laris Manis

30 Maret 2023
Resep Soto Semarang

Resep Soto Semarang, Menu Sahur Berkuah yang Nikmat Bukan Kepalang

30 Maret 2023

10 Ribu Bibit Pohon Ditanam di Lereng Lawu

30 Maret 2023

Rampcek Bus di Terminal Tirtonadi, Puluhan Bus Tak Laik Jalan

30 Maret 2023

Souvenir Piala Dunia U-20 Tak Jadi Diproduksi Massal, Pelaku UMKM Kecewa

30 Maret 2023






  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Telepon Penting
  • Privacy Policy
  • Term of Use
  • Karir
  • Sitemap
Telepon Kami : +62-271-626499

Copyright © 2023 Timlo.net PT Tinular Media Solo All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Solo dan Sekitar
  • Bisnis
  • Seni Budaya
  • Gaya Hidup
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Olah Raga
  • Nasional
  • Manca
  • Serba-serbi

Copyright © 2023 Timlo.net PT Tinular Media Solo All Rights Reserved