Solo – Dari serangkaian hasil pertandingan yang dijalani Persis Solo selama dinahkodai Isman Jasulmei, Persis hanya mampu menempati posisi juru kunci dan dipastikan terjun ke jurang degradasi. Dan puncaknya ketika adalah pada hari Senin (22/3) lalu, ketika tim berjuluk laskar Samber Nyawa ini menggelar pertandingan kandang terakhir musim ini harus bertekuk lutut kepada Persidafon 0-2, sehingga berbuntut rasa kecewa bagi sekian ribu Pasoepati yang telah mendukung kesebelasan yang lahir pada tahun 1923 Persis Solo. Ada sepenggal makna yang tersirat dari apa yang dilakukan kelompok Suporter Solo yaitu loyalitas.
Saat ini Persis dalam keadaan terpuruk bahkan degradasi ke divisi 1 pun harus mereka hadapi musim depan, namun disinilah kekuatan sepakbola, Pasoepati tak henti-hentinya mendukung Persis untuk bangkit dari keterpurukan. Mulai dari sekedar berbincang dengan teman, kerabat atau orang tua, bahkan hingga saling bertukar pikiran melalui situs pertemanan jejaring sosial untuk membahas keberadaan Persis Solo.
Segelintir orang selalu menyuarakan tentang perkembangan Persis, hingga isu mengenai rencana pembubaran tim kebanggaan wong Solo ini menjadi perbincangan hangat saat ini. Akan tetapi para Pasoepati tidak menanggapi keterpurukan Persis secara dingin mengenai hal itu, bagi mereka yang paling utama adalah eksistensi Persis untuk selalu berada dalam siklus persepakbolaan Indonesia sampai kapanpun. Perihal keterpurukan dan kemerosotan Persis adalah hal yang lumrah dan wajar mengingat dalam sepakbola ada yang menang dan ada yang kalah.
Yang menjadi sorotan publik Solo adalah loyalitas yang berlakukan Pasoepati kepada Persis Solo, segala kebanggaan dan kecintaan selalu mereka dengungkan di setiap laga Persis Solo. Apa yang dilakukan oleh laskar Pasoepati ini harusnya mendapat pujian karena nama baik Pasoeapati yang selalu terjaga dengan baik, selalu mengedepankan perdamaian dan selalu menghindarkan segala bentuk caci maki serta anarki.