Solo – Keraton Surakarta Hadiningrat mengaku kecewa dengan adanya pemalsuan wayang koleksi Museum Radya Pustaka Solo yang menjadi warisan peninggalan Raja Pakubuwono. Perwakilan Keraton Surakarta, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Benowo yang ikut melihat koleksi wayang di Museum Radya Pustaka, Selasa (8/2), mengaku tidak habis pikir dengan orang-orang yang melakukan pemalsuan peninggalan bersejarah bernilai tinggi itu.
“Saya sendiri tidak mengerti apa motifnya orang-orang itu berbuat seperti ini. Entah jahil atau apa. Kalaupun suka dengan wayang kan tidak perlu harus memilikinya. Bagi saya yang juga seorang dalang dan mengerti tentang wayang sangat menyayangkan hal ini,” ungkap Putera Raja PB XII ini kepada wartawan.
Setelah beberapa kali mencermati dengan seksama jajaran wayang yang dipajang di Museum Radya Pustaka, Gusti Benowo menyimpulkan bahwa memang benar hampir semuanya adalah palsu. “Seperti halnya wayang Putren ini tadi semuanya palsu. Saya yakin itu bukan ciri khasnya wayang Keraton peninggalan PB (Pakubuwono). Biasanya dedege jejeg (perawakannya lurus tegap), dan meski terkena udara panas atau dingin juga tidak ngolet (membengkok),” tambahnya.
Saat ditanya siapa yang harus bertanggungjawab dalam menyelesaikan masalah ini, pihaknya mengaku biar menjadi tugas pemilik museum ini yang menyelesaikannya. “Lha masalahnya, museum ini milik siapa sekarang. Kalau kami tidak akan ikut campur wong museum ini sudah bukan milik keraton lagi,” tandasnya.