Solo – Uang palsu (Upal) rupanya juga banyak bergentayangan di tengah masyarakat Solo. Dari catatan BI pada 2010 lalu saja, peredarannya mencapai Rp 157,7 juta dari sebanyak 2.391 lembar yang berhasil dikumpulkan.
Meski demikian, jumlah peredarannya lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya. Pada 2009, peredaran Upal di Kota Bengawan mencapai 2.502 lembar, sehingga telah terjadi penurunan sebesar 4,63 persen. Sementara secara nominal terjadi penurunan sebesar 7,91 persen.
Dikemukakan Pemimpin Kantor Bank Indonesia Solo, Doni P Joewono, kepada wartawan, peredaran Upal muncul bukan hanya dari Solo saja, namun dari berbagai daerah. “Uang palsu bukan hanya dari Solo, asalnya dari mana-mana. Solo umumnya hanya sebagai penerima saja,” katanya, usai pembukaan Pelatihan Wartawan Bidang Ekonomi, di Sarangan, baru-baru ini.
Menurut Doni, Solo menjadi target peredaran uang palsu lantaran pola perilaku masyarakat yang cenderung menerapkan sistem pembayaran tunai, sehingga banyak terjadi pemalsuan uang kertas. Pihaknya pun menginginkan pada tahun ini, peredaran Upal jauh berkurang ketimbang tahun lalu hingga di bawah tiga persen.