Solo – Pada jaman dahulu kala, Sungai Bengawan Solo sering dijadikan jalur utama untuk berpariwisata. Tak terkecuali bagi para petinggi Keraton Surakarta yang akan menjemput para putri di Madura dengan menggunakan Perahu Rajamala yang megah. Sayang sekali, perahu ini kini telah punah karena terbawa banjir dan tinggal kepalanya (Rajamala) saja yang kini masih tersimpan.
Sejarah ini pun kembali diusung oleh Sanggar Wireng dari Kelurahan Baluwarti dalam bentuk sebuah pertunjukkan seni dalam rangka Solo Kampung Art di Monumen Banjarsari (Monjari), Sabtu 18/6) malam.
Pimpinan Sanggar Wireng, MT. Supriyanto mengatakan, pertunjukkan dengan fokus pada perahu yang aslinya memiliki ukuran panjang 35 meter ini dipilih karena merupakan salah satu kekhasan dari Keraton Surakarta. Selain itu, Kelurahan Baluwarti masih berada dalam lingkup keraton. “Perahu ini dulunya memiliki beberapa ruangan di dalamnya, termasuk ruangan sebagai tempat pertunjukkan. Pementasan ini juga saya gambarkan mendekati aslinya, yakni bercerita tentang sebuah pelayaran,” ternagnya.
Tiruan Perahu Rajamala ini benar-benar dibuat lengkap dengan kepala di depannya. Didesain khusus seperti kereta dengan roda-roda di bawahnya dan dapat dinaiki oleh pemain gamelan corobalen dan penari Serimpi untuk memperlihatkan kemegahan perahu. Selain pertunjukkan di atas kapal, ada pula kelompok pembawa umbul-umbul yang mengiringi di depan kapal. Tidak hanya itu saja, tari-tarian lain juga ditampilkan untuk melengkapi keindahan pelayaran seperti tari Angsa dan tari Rajamala.
“Pertunjukkan ini bila diamati lebih terlihat seperti karnaval yang diadakan oleh Warga Baluwarti karena tidak hanya orang-orang tua saja yang ikut, tetapi juga remaja dan anak-anak yang kebanyakan adalah siswa SD Kasatriyan,” tuturnya.