Wonogiri – Bertahun-tahun Desa Ngaglik dan Desa Domas Kecamatan Bulukerto telah dinobatkan sebagai desa sentra kerajinan terompet kertas. Kerajinan yang berbahan baku limbah kertas ini hampir setiap tahun selalu mewarnai kemeriahan pesta pergantian tahun di pelosok negeri ini. Akan tetapi belakangan pamor kedua desa ini mulai meredup bahkan nyaris punah ditelan produk kerajinan yang terbuat dari plastik.
“Tahun 2018 lalu jumlah produksinya turun drastis. Bahkan pengrajin terompet yang masih bertahan di kedua desa ini hanya tinggal 200 orang,” ungkap Kades Ngaglik Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, Roni Prama, Jumat (4/1).
Biasanya, di pesta perayaan pergantian tahun kemarin, takbanyak terdengar suara-suara terompet. Padahal kata Roni kerajinan terompet warganya tersebut ditahun-tahun sebelumnya selalu laris manis di pasaran. Namun puncaknya di 2018 produk masyarakat dua desa ini terlihat mengalami penurunan yang sangat drastis.
“Kalah sama terompet plastik yang katanya produk impor dari Cina,” ujarnya.
Beberapa bulan sebelum perayaan pergantian tahun, biasanya warga di dua desa itu sudah melakukan persiapan dengan membuat terompet kertas sebanyak mungkin. Di awal bulan Desember, mereka beramai-ramai berangkat dengan menggunakan truk merantau ke kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatra dan Bali menjajakan hasil karya mereka. Sedang yang berjualan di sekitar Wonogiri biasanya berangkat mepet dengan pergantian tahun.
“Survei saya,di 2017 ada sekitar 850 pengrajin tapi di 2018 turun, yang bertahan kurang dari 200 orang pengrajin,” paparnya.
Atas kondisi seperti demikian kata Roni banyak pengrajin yang dulunya bergantung dengan hasil penjualan terompet terpaksa putar haluan. Diantaranya mereka kini menjadi buruh tani, ada yang menjadi pengrajin wayang kardus dan juga pengrajin dompet dari kulit lembu serta berdagang asongan seperti penjual bakso kuah, pentol bakar, cilok dan lainnya.
“Mereka sudah banyak yang beralih profesi. Tidak seperti dulu lagi dapat dipastikan dua bulan menjelang tahun baru,malam-malam kami terdengar suara terompet yang bersahut-sahutan, sekarang sepi,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho