Solo – Permintaan tenaga teknisi perawatan pesawat diprediksi akan meningkat cukup signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Perkembangan industri pesawat yang cenderung meningkat ditambah peningkatan jumlah penumpang pesawat tiap tahunnya membuka peluang bagi perusahaan di bidang perawatan pesawat terbang.
Direktur Utama (Dirut) Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Richard Budihadianto mengatakan, saat ini perusahaan penerbangan mulai cenderung membayar tenaga outsourching untuk melakukan perawatan maintenance pesawatnya. Hal itu seiring dengan persaingan di dunia penerbangan yang saat ini makin ketat.
“Dalam perawatan pesawat, mereka lebih cenderung untuk membayar tenaga outsourching, sementara perusahaan penerbangan sekarang lebih berkonsentrasi pada penjualan tiket saja,” kata Richard kepada wartawan, di Solo, Kamis (22/9).
Ia menerangkan, peningkatan jumlah pesawat penumpang reguler berbadan besar dengan tipe Boeing 747 ke atas mengalami peningkatan yang cukup tajam selama 5 tahun ke depan. Tahun 2010, jumlah pesawat tersebut secara keseluruhan mencapai 697 unit. Sedangkan prediksinya, pada tahun 2015 mendatang jumlah tersebut bisa meningkat hingga mencapai 923 unit. “Hal ini bisa menjadi peluang yang cukup menjanjikan bagi perusahaan perawatan pesawat, ” tambahnya.
Sementara itu, ia memprediksi industri perawatan pesawat akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun mendatang. Tahun 2009, pasar perawatan pesawat bisa menyerap omset sebesar USD 750 juta. Sedangkan tahun 2010 lalu mengalami peningkatan menjadi USD 1 Miliar. Peningkatan itu diperkirakan akan terus bertambah pada tahun 2015 mendatang sampai dengan USD 2 Miliar.
Tingginya permintaan tersebut menurutnya tidak sebanding dengan kemampuan perusahaan perawatan pesawat dalam negeri yang dirasa masih sangat minim. “Kendalanya kita masih kekurangan banyak SDM yang qualified di bidangnya,” kata Richard.
Ia mencontohkan, tahun lalu perusahaan perawatan pesawat dalam negeri hanya mampu menyerap 30 – 40 persen dari seluruh peluang pasar yang tersedia. “60 persen lainnya rata-rata menggunakan jasa perusahaan perawatan pesawat asing, seperti Singapura,” tuturnya.
Di satu sisi, untuk menyiapkan teknisi perawatan pesawat yang siap pakai masih perlu waktu sekitar 5 tahun ke depan. “Jika perusahaan perawatan pesawat dalam negeri dalam 5 tahun ke depan menaikkan kapasitasnya sampai dua kali lipatnya, hanya mampu menyerap 50 persen saja dari pasar yang ada,” jelas Richard.