Wonogiri – Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Kabupaten Wonogiri kini berada diambang mengkhawatirkan. Ini akibat laju pewaletan atau sedimentasi yang semakin tak terkontrol.
Diperkirakan jumlah sedimen yang masuk ke WGM mencapai 100 juta m3. Bahkan, hasil studi penanganan sedimentasi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA) diketahui rata-rata sedimen tahunan dalam periode 1993-2004 sebesar 3,18 juta m3.
“Apabila tidak ada langkah yang nyata untuk mencegah sedimentasi, maka umur Waduk Gajah Mungkur tidak akan mencapai 20 tahun ke depan,” ungkap Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Wonogiri, Gembong Muria Hadi kepada Timlo.net, di Wonogiri, Rabu (8/2).
Menurutnya, salah satu penyumbang terbesar terjadinya sedimentasi yang mempercepat pendangkalan waduk adalah sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Keduang. Yaitu sekitar 33% dari total keseluruhan sedimentasi yang terjadi di WGM. Sumber sedimentasi itu berasal dari erosi permukaan tanah, penebangan pohon di daerah tangkapan air, dan kerusakan DAS yang merupakan lahan pasang surut.
“Waduk ini didesain untuk 100 tahun mendatang sejak beroperasi. Nah, jika tidak ditangani secara serius, mustahil umur 100 tahun akan tercapai,” katanya.
Karenanya, dalam upaya menjaga kelestarian waduk dan DAS, diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan penggalian potensi sosial ekonomi masyarakat untuk bisa dikembangkan. Pemberdayaan masyarakat ini diharapkan mampu mengantarkan masyarakat sekitar DAS Keduang pada proses kemandirian.
“Upaya pembangunan model pemberdayaan masyarakat DAS ini diharapkan mampu untuk menjadi acuan menyusun rekomendasi guna membantu perumusan kebijakan dalam memecahkan masalah sedimentasi WGM,” tambahnya.
Diperkirakan jumlah sedimen yang masuk ke WGM mencapai 100 juta m3. Bahkan, hasil studi penanganan sedimentasi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency (JICA) diketahui rata-rata sedimen tahunan dalam periode 1993-2004 sebesar 3,18 juta m3.
“Apabila tidak ada langkah yang nyata untuk mencegah sedimentasi, maka umur Waduk Gajah Mungkur tidak akan mencapai 20 tahun ke depan,” ungkap Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Wonogiri, Gembong Muria Hadi kepada Timlo.net, di Wonogiri, Rabu (8/2).
Menurutnya, salah satu penyumbang terbesar terjadinya sedimentasi yang mempercepat pendangkalan waduk adalah sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Keduang. Yaitu sekitar 33% dari total keseluruhan sedimentasi yang terjadi di WGM. Sumber sedimentasi itu berasal dari erosi permukaan tanah, penebangan pohon di daerah tangkapan air, dan kerusakan DAS yang merupakan lahan pasang surut.
“Waduk ini didesain untuk 100 tahun mendatang sejak beroperasi. Nah, jika tidak ditangani secara serius, mustahil umur 100 tahun akan tercapai,” katanya.
Karenanya, dalam upaya menjaga kelestarian waduk dan DAS, diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat. Hal ini merupakan penggalian potensi sosial ekonomi masyarakat untuk bisa dikembangkan. Pemberdayaan masyarakat ini diharapkan mampu mengantarkan masyarakat sekitar DAS Keduang pada proses kemandirian.
“Upaya pembangunan model pemberdayaan masyarakat DAS ini diharapkan mampu untuk menjadi acuan menyusun rekomendasi guna membantu perumusan kebijakan dalam memecahkan masalah sedimentasi WGM,” tambahnya.