Solo — Pedagang Pasar Turisari mengaku kios yang disediakan di pasar darurat terlalu sempit sehingga tidak mampu menampung semua dagangan. Hal ini diutarakan salah seorang pedagang di Pasar Turisari, Yanti, kepada sejumlah anggota Komisi III DPRD Kota Surakarta yang melakukan inspeksi mendadak (Sdak), di Pasar Nongko, Selasa (24/4).
Untuk mengatasi sempitnya ruangan kios, Yanti yang berjualan aneka snack dan cemilan bersama suaminya itu, akan menambah bangunan di belakang kios. “Ya mau gimana lagi, saya tidak punya gudang dan rumahnya juga jauh,” ujar Yanti.
Pedagang juga mengeluhkan lokasi pasar darurat yang kemungkinan banjir saat hujan turun lagi. Belum lagi kemungkinan bocor dan panas mengingat hanya terbuat dari triplek.
Untuk keamanan, pedagang melakukan iuran melalui paguyuban sebesar Rp 500 per hari untuk kios, Rp 300 untuk Los dan Rp 200 untuk oprokan. “Biayanya sebesar Rp 2.500.000/ bulan untuk biaya keamanan,” papar Yanti. Pengamanan sendiri terdiri atas 1 orang satpam, 3 tenaga outsoursing dan 5 pengamanan swadaya dari pedagang.
Menanggapi keluhan pedagang tersebut, Ketua Komisi III, Honda Hendarto, mengharapkan pedagang memaklumi mengingat namanya juga serba darurat. Pasar darurat diperkirakan digunakan selama 8 bulan saat Pasar Turisari direnovasi.