Klaten – Warga lereng Gunung Merapi meminta kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Gubernur Jateng Bibit Waluyo dan Bupati Klaten Sunarno untuk turun tangan memerangi perjudian Las Vegas di Dukuh Tegal Weru, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Permintaan itu menyusul lambannya penanganan yang dilakukan polisi terhadap praktik perjudian di kawasan tersebut.
Permintaan ini disampaikan oleh gabungan organisasi masyarakat (ormas) Islam bersama warga disela kegiatan buka bersama yang digelar di lapangan SDN 2 Balerante, Kamis (2/8) sore.
Dalam orasinya, Koordinator lapangan, Muhammad Syafi’i menyampaikan, hingga saat ini di Tegal Weru disinyalir menjadi lokasi kemaksiatan. Seperti perjudian, pelacuran hingga peredaran minuman keras.
“Kami sebagai warga di lereng Merapi menolak segala kegiatan kemaksiatan. Kami juga tidak rela Desa Balerante dijajah perjudian,” ujar Syafi’i dihadqpan ratusan anggota ormas Islam dan warga.
Keluhan terhadap praktik perjudian di kawasan itu juga terpampang dalam spanduk yang dibentangkan di pinggiran jalan di Dukuh Tegal Weru. Ada delapan poin, diantaranya bertuliskan “Warga Lereng Merapi Tolak Kemaksiatan”, “Kami Tidak Rela Desaku Dijajah Penjudi”, “Aku Sakit Hati Karena Polisi Pro Penjudi” dan sejumlah tulisan lain yang bernada mengeluh.
“Jika memang polisi tidak bisa memberantas perjudian, kami minta kepada Presiden, Gubernur dan Bupati untuk turun tangan membantu masyarakat lereng Merapi dalam memerangi perjudian yang dikenal dengan kawasan Las Vegas ini,” ujarnya.
Masih Eksis
Sementara itu, warga Dukuh Tegal Weru mengaku praktik perjudian di desanya sudah ditutup sejak awal Puasa atau semenjak ada desakan dari ormas Islam Klaten.
“Ya..,Memang dulu ada judi dan pernah beroperasi sekitar setengah tahun. Namun saat ini sudah tutup sejak awal Puasa kemarin. Kami akan menolak jika masih beroperasi,” kata Kadus IV Desa Balerante, Cahyono.
Namun disisi lain, beberapa warga lainnya mengaku jika judi yang diduga bermomset ratusan juta tersebut disinyalir masih beroperasi. Hanya saja sebagian warga takut untuk memberikan keterangan.
“Judi itu sebenarnya sudah berlangsung sejak puluhan tahun dan hingga kini masih eksis. Bahkan beberapa mobil dari luar kota masih hilir mudik menuju lokasi,” ujar warga yang enggan disebut namanya.