Solo – Produksi teh di Indonesia dari tahun ke tahun terus berkurang. Mengantisipasi hal tersebut, Dewan Teh Indonesia bersama dengan pemerintah menggulirkan program Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN).
Melalui program ini, dilakukan pembinaan terhadap pengelola perkebunan teh yang ada di Indonesia yang terdiri dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN), produsen swasta dan petani teh lokal. Terutama, pembinaan diintensifkan pada para petani teh lokal.
“Program ini melibatkan badan internasional Common Fund for Commodities (CFC) yang berada di bawah WHO,” kata Ketua Dewan Teh Indonesia, Rachmat Badruddin kepada wartawan, Jumat (12/10).
Anggaran yang dikucurkan untuk pengembangan program tersebut mencapai USD 1,2 juta. Realisasinya sendiri untuk membangun 800 hektar pekebunan teh rakyat yang mempekerjakan lebih dari 1000 orang.
Program itupun kini telah terwujud dan berjalan sekitar 1,5 tahun lalu. Telah dipilih 3 kabupaten untuk ditanami teh, yakni Majalengka, Bandung dan Cianjur. “Program ini menjadi suatu harapan baru bagi kami,” terangnya.
Selain membuka lahan baru, pihaknya mencoba mendorong pada produsen teh di Indonesia agar menjadikan teh sebagai blanding component atau bahan utama dalam produknya. “Selama ini teh kita (Indonesia –Red) masih dipakai sebagai filler, bukan menjadi blanding component,” ungkapnya.