Solo – Kalangan petani di kawasan Soloraya rupanya masih sangat anti dengan sistem resi gudang. Padahal, dengan cara inilah sebenarnya petani bisa menjaga hasil produksinya agar tidak langsung jatuh ke tangan tengkulak.
Sebagaimana dikemukakan Pimpinan Bank BRI Cabang Solo Sudirman, Danang Widiyoko, sejauh ini minat petani terhadap sistem resi gudang yang ditawarkan pihak perbankan masih cukup rendah. Buktinya dalam dua tahun beroperasi, tingkat penyerapan beras maupun gabah masih sangat sedikit.
“Sebenarnya dengan sistem resi gudang ini, kalau harga rendah dia (petani) bisa simpan di gudang, dia dapat uang dari kami,” katanya kepada wartawan, seusai mengahadiri acara Sosialisasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, di The Sunan Hotel Solo, Jumat (30/11).
Salah satu hal yang ditengarai menjadi salah satu pemicu rendahnya minat petani terhadap sistem resi gudang, yakni pola pemasaran yang masih bergantung pada tengkulak. Sehingga sebagian besar petani cenderung enggan menyimpan hasil panennya melalui sistem resi gudang.
“Penyerapan masih kecil karena petani merasa ‘tidak butuh’ untuk menyimpan. Banyak petani tidak minat karena masih ditunggu pembeli (tengkulak),” ungkap Danang.
Di lain pihak, Sekretaris Tim Pengarah TPID Kota Surakarta, Doni P Joewono, beberapa waktu lalu menjelaskan dengan adanya resi gudang, petani bisa menyimpan sebagian hasil panennya di gudang. Di sini petani akan mendapatkan sertifikat kepemilikan barang, selanjutnya sertifikat tersebut dapat dijadikan agunan untuk pengajuan kredit ke bank.
Dengan demikian, petani bisa terhindar dari tekanan para spekulan yang memanfaatkan gejolak harga, sebagai akibat dari pengaruh musim. Sekaligus mampu mengamankan stok pangan tetap stabil.