Solo — Pagi hari selalu menjadi awal manusia mengawali segala aktivitas. Di waktu itulah, semua hal tentang harapan, cita-cita dan mimpipun dimulai.
Di pagi hari yang selalu datang menghampiri, di situ juga angin, embun dan udara selalu menyapa dan menghantarkan manusia. Berawal dari sanalah, koreografer asal Solo, Retno Sulistyorini menciptakan karya bertajuk “Pagi Yang Dipungut” .
Ekspresi wajah serta eksplorasi gerak tubuh dipadu dengan gerakan tari kontempor menjadi sajian unik dalam persembahan karyanya. Koreografer yang telah malang melintang di dunia tari kontemporer tersebut juga tidak main-main dalam menggarap musik pengiringnya.
Dengan menggunakan musik bernada tempo yang menanjak seakan melengkapi makna tarian yang dibawakannya. Komposisi musik garapannya pun dipadukan dengan bunyi-bunyian instrumen lain sehingga tidak tampak linear. Namun, disitulah kelebihan karya yang ditampilkan.
Retno dapat mengeksplore lagi gerakan-gerakan di tengah suara alunan musik yang terkesan bertabrakan tersebut. Hingga tersajilah sebuah karya yang berbeda dari karya-karyanya sebelumnya.
“Sebelumnya saya telah melakukan riset selama 3 bulan untuk karya ini. Dalam riset tersebut saya berada di sebuah ruangan yang membentuk segiempat dan saya lakukan saat pagi hari. Disitulah saya mendapatkan konsep yang mendasari tersajinya karya ini,” tutur perempuan yang akrab dipanggil Enno tersebut, di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kentingan, Jebres, Solo, Jumat (15/3).
Dari segi pencahayaan juga sangat mendukung karya yang dibawakannya itu. Cahaya pagi cerah yang menerobos setiap ruangan juga turut mewarnai karya terbarunya.
“Semua yang ada dipagi hari terangkum menjadi satu dalam karya yang saya hadirkan ini,” ujar koreo peraih Penghargaan Kelola tersebut.
Menurutnya, pagi hari mempunyai arti yang sangat penting. Dari sanalah setiap kehidupan mulai menunjukkan geliatnya detak kehidupan. Maka, wajar saja karyanya tersebut dia namai dengan nama Pagi Yang Dipungut.
“Keseharian kita dimulai dari pagi hari. Terkadang kita tidak memperhatikan itu, namun bagi orang yang memahami dan menghargai hidup maka pagi hari akan sangat berkesan. Dari pagi itulah yang menginspirasi karya ciptaan saya,” pungkasnya.