Karanganyar — Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Kendaraan Bermotor di Jalan (Organda) menunda aksi mogok operasional yang rencananya dilakukan, Sabtu (13/4) ini. Penundaan dilakukan hingga pekan depan. Kendati batal mogok, jumlah bus dan angkutan barang yang beroperasi saat ini kurang dari 50 persen.
“Walaupun ditunda, namun jumlah armada yang beroperasi sangat minim bahkan hanya 50 persen,” kata Ketua Organda Karanganyar, Tri Haryadi, saat ditemui wartawan, di ruang kerjanya, Sabtu (13/4).
Tri Haryadi menjelaskan, kelangkaan solar saat ini sudah sangat menyusahkan pengelola angkutan umum. Jika ingin angkutan umum tetap beroperasi, pihaknya meminta SPBU tidak membatasi konsumsi solar subsidi bagi angkutan umum. “Paling tidak, satu angkutan umum dijatah 20 liter. Itu cukup untuk operasional sehari. Tapi kalau hanya 10 liter, ya ndak bisa.” Jelasnya.
Tri Haryadi kembali menambahkan terkait tertundanya aksi mogok operasional. Selain menunggu tanggapan pemerintah soal solar yang rencananya disampaikan akhir pekan ini, pihaknya juga siap jika pemerintah akan menaikkan harga solar bersubsidi.
“Lebih baik harga solar naik hingga Rp 6.000,- per liter daripada harga murah tapi barang tidak ada,“ tambah Tri.
Kesiapan mogok operasional juga disampaikan pengusaha angkutan PO Rosalia Indah, Yustinus Suroso, dirinya siap memberhentikan operasional lebih dari 300 unit bus yang dimilikinya. Namun, aksi mogok tersebut juga harus dilakukan melalui tahapan-tahapan yang benar.
“Kita desak pemerintah dulu, agar ada kebijakan khusus tentang solar ini untuk angkutan umum. Kemudian kita tanya pemerintah, apa sih maunya pemerintah, jika akan menaikkan harga solar bersubsidi pun kita siap kok,” tandasnya.
Suroso berharap agar masalah pembatasan solar ini segera berakhir, karena selain akan menyusahkan para pengusaha juga akan menyusahkan rakyat kecil pengguna alat transportasi umum. Selain itu pemerintah juga segera mengambil tindakan tepat untuk mengatasi masalah ini.