Solo – Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk mengganti desain Koridor Jenderal Sudirman (Jendsud) yang dianggap menyerupai salib. Desain tersebut dinilai telah menimbulkan keresahan warga. Hal ini disampaikan dalam surat terbuka yang dialamatkan kepada Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.
“Kami meminta kepada Wali Kota Solo mengevaluasi dan mengganti mozaik mirip salib dengan motif lainnya yang sebisa mungkin tidak menimbulkan keresahan warga,” tulis Humas LUIS, Endro Sudarsono dalam surat yang dikirim kepada Timlo.net, Rabu (16/1).
Dalam pertimbangannya, penataan koridor Jendsud telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Khususnya umat agama lain. Pasalnya, Jenderal Sudirman yang namanya digunakan sebagai nama jalan di depan Balai Kota Solo itu adalah gerilyawan dari Organisasi Muhammadiyah.
“Namun munculnya mozaik mirip Salib, berdampak kepada beberapa Komunitas Muslim di Solo mulai mempertanyakan kemiripan mozaik Salib di Tugu Pemandengan,” kata dia.
Selain itu, penggantian aspal dengan andesit dan paving sebagai pengganti aspal dirasa mengganggu kenyamanan pengendara yang melintas di jalan tersebut. Penggunaan material andesit di sepanjang Jendsud mengakibatkan jalan menjadi tidak rata.
“Renovasi dan kreasi yang mengarah pada peningkatan pariwisata tidaklah harus berpolemik dan menciptakan isu sara yang akan berdampak pada kondusifitas dan kenyamanan kota Solo,” tulisnya.
Sementara itu, Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengungkapkan, dirinya tak tahu-menahu tentang desain Koridor Jendsud.
“Yang mendesain kan konsultan desainnya DPUPR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang). Bukan saya,” kata dia.
Menurut Rudy, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo tidak mungkin dengan sengaja memasukkan unsur salib dalam desain Koridor Jendsud. Ia juga membantah bahwa ada arahan darinya.
“Kalau Rudy bikin salib di jalan, berarti saya bodoh. Wong salib itu lambang sakral kok ditaruh di bawah. Dilewati kendaraan. Berarti saya tidak memahami arti iman kepada kristus,” cetusnya.
Tak hanya itu, jika Pemkot memasang salib di jalan yang dilalui banyak kendaraan, Pemkot pasti akan menuai protes dari komunitas Katolik dan Kristen.
“Pasti saya dimarahi teman-teman dari gereja. Mosok salib dilewati mobil dan motor seperti itu,” kata dia.
Lebih lanjut, Rudy menilai foto yang diunggah akun Pemkot Solo itu tidak menyerupai salib. Dia menerangkan, dalam Keyakinan Katolik Salib memiliki ketentuan khusus.
“Panjangnya berapa, harus ada Yesus, dan lain sebagainya. Menurut saya itu bukan salib,” kata dia.
Editor : Dhefi Nugroho