Solo — Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat belum menentukan siapa pengganti kerbau bule, kiai Joko di kandang Sitinggil kompleks alun-alun kidul (alkid). Kiai Joko mati dengan usia 30 tahun pada Selasa (22/1), pukul 15.00 WIB karena sakit menua. Matinya kiai Joko menjadikan pasanggannya, nyai Manis tinggal sendirian di kandang Sitinggil.
“Kita pastinya tak tega melihat nyai Manis tinggal sendirian di kandang. Wajanya tampak sedih saat melihat kiai Joko akan dikuburkan,” kata pawang kerbau Keraton Surakarta, Hery Sulistyo pada Timlo.net.
Pawang kerbau bule tidak bisa serta merta mencarikan pasangan baru untuk nyai Manis di kandang Sitinggil. Butuh ritual khusus serta rapat internal Keraton Surakarta dalam menentukan pasangan pengganti kiai Joko yang mati.
“Kita masih punya 16 ekor kerbau bule di kandang Alkid. Masih ada kerbau bule berjenis kelamin jantan yang siap mendampingi nyai Manis di kandang Sitinggil,” kata dia.
Setelah rapat internal sesepuh Keraton, lanjut dia, hasilnya akan disampaikan pada Sinuhun atau Raja Paku Buwono (PB) XIII. Dawuh atau titah Sinuhun menununjukkan kerbau bule siap pendamping nyai Manis, langsung dipatuhi semua abdi dalem.
“Kita berduka selama tujuh hari. Setelah itu baru mulai membicarakan pengganti kiai Joko untuk mendampingi nyai Manis,” kata dia.
Ia mengaku tak punya firasat apapun sebelum kiai Joko mati. Sebelum mati kiai Joko memang makannya agak susah karena memang faktor usia.
Editor : Wahyu Wibowo