Solo – Penanganan bencana gempa di Haiti belum juga tertangani dengan baik, bila dibandingkan dengan penanganan bencana pasca-tsunami di Aceh jauh lebih bagus daripada di Haiti, seorang wartawan BBC yang meliput dua kejadian ini membandingkan. Amerika Serikat hanya berkonsentrasi pada bantuan makanan siap saji sedang di Aceh, bantuan lengkap mulai dari makanan sampai sabun. Selain itu, Aceh dibantu dengan para korban yang tidak melakukan penjarahan rumah-rumah atau toko-toko seperti di Haiti.
Seperti dikutip dari tempointeraktif.com, wartawan BBC itu, David Loyn, mengatakan bahwa jumlah korban di Port-au-Prince maupun Banda Aceh pada 2004 hampir sama. Yang sedikit berbeda adalah penyebab tewasnya. Haiti tewas akibat tertimbun bangunan runtuh, sedang di Aceh akibat hempasan tsunami. Seperti di Haiti, menurut Loyn, bantuan asing mulai mengalir ke Aceh. Tapi bantuan ini berbeda polanya.
Lambatnya bantuan sampai ke Haiti, menurut Loyn, salah satunya karena adanya penjelasan kepada tim penolong asing. Penjelasan itu menyatakan bahwa Haiti masih dalam suasana perang, tidak berbeda dengan Baghdad atau Kabul. Akibatnya, para relawan hanya berani bergerak di markas PBB yang dijaga ketat.
Persoalan lain di Haiti adalah tidak ada koordinasi bantuan. Masyarakatnyapun alasan utamanya adalah banyaknya pejabat PBB, sampai 200 orang, yang tewas di Haiti. Berbeda dengan Aceh, koordinasi dengan cepat terbentuk sehingga bantuan jauh lebih bagus, inipun juga didukung oleh masyarakatnya jika masyarakatnya masih melakukan penjarahan-penjarahan bukan tidak mungkin bantuan yang harusnya sampai pada korban akan sia-sia.