Solo — Tiada rotan, akar pun jadi. Di tangan orang-orang yang kreatif, seonggok akar pun bisa dijadikan berbagai macam kerajinan tangan yang unik dan menarik. Mulai dari peralatan rumah tangga seperti lampion, tas, tudung saji, taplak meja sarung bantal hingga penyekat ruangan.
Akar wangi namanya. Dahulu akar ini hanya dimanfaatkan sebagi bahan wewangian dan kosmetik, karena akar tersebut menghasilkan minyak yang disebut minyak atsiri. Akan tetapi dalam perkembangannya, kini akar tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk kerajinan yang unik dan menarik, bahkan telah menjadi komoditi ekspor. Bermacam bentuk kerajian dengan berbahan dasar dari akar sejenis tumbuhan rumput ilalang tersebut kita bisa anda temui di obyek wisata, termasuk di Kota Solo.
Salah satu penjual kerajinan akar wangi di kawasan Museum Keraton Surakarta, Mas Gondrong. Pria asal Gunung Kidul (DIY) ini mengaku sudah selama 20 tahun menjual berbagai kerajinan akar wangi dengan berbagai bentuk serta harga yang bervariatif pula. Mulai dari gantungan kunci dan boneka menarik dengan bentuk gajah, kuda hingga kura-kura tersedia di tempat mangkalnya.
“Semua barang-barang kerajinan ini saya bawa dari Gunung Kidul, Harganya pun bervariasi, sesuai jenis dan ukurannya. Kalau boneka mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 30.000. Sedangkan gantungan kuncinya saya jual seharga Rp 10.000 per 3 buahnya. Alhamdulillah, meskipun ini termasuk dolanan tradisional, akan tetapi masih banyak juga peminatnya. Apalagi kalau musim liburan, biasanya laris dibeli pelancong yang datang dari luar kota,” ungkapnya kepada Timlo.net, Senin (2/4).
Selain di Gunung Kidul, akar wangi banyak dikembangkan para petani di daerah Garut dan Wonosobo. Selain dijadikan kerajinan tangan, akar ini pun bisa dijadikan obat gosok hingga wewangian dan bahan kosmetik. Bahkan menurut penelitian akar ini mempunyai kekuatan hingga seperempat dari kekuatan baja, sehingga akar tumbuhan tersebut berfungsi sebagai penahan erosi di daerah rawan longsor.