Solo — Bursa saham Indonesia ikut turun seiring menurunnya bursa saham di beberapa negara. Hal ini lantaran dipicu menurunnya jumlah kesempatan kerja di Amerika Serikat (AS) serta adanya penurunan permintaan atas komoditi.
Demikian diungkapkan Branch Manager UOB KayHian Securities Solo, Edwin Jayandaru, saat ditemui wartawan, di kantor setempat, Sabtu (12/5).
Ia menjelaskan, menurunnya jumlah lapangan kerja di AS di luar perkiraan pelaku pasar. Sebelumnya diprediksi ada 1700 lowongan pekerjaan, namun kenyataannya hanya ada 1115 lowongan yang tersedia. Hal inilah yang pada akhirnya memicu turunnya bursa saham.
Di sisi lain, adanya penurunan permintaan atas komoditi juga turut memicu penurunan bursa saham. Sebagai gambaran, saat ini industri tengah mengalami pelemahan, sehingga komoditi tidak banyak diserap industri.
Oleh sebab itu, hal ini menjadikan harga-harga komoditi jatuh, seperti CPO dan minyak mentah. Bahkan, kini harga minyak mentah sudah di bawah 100 dolar Amerika perbarel atau sekitar 95 dolar Amerika hingga 96 dolar Amerika perbarel.
“Ini menjadikan proyeksi pertumbuhan atau pendapatan saham-saham sekitar komoditi penghasil CPO maupun gas dan minyak akhir tahun mendatang semakin berat untuk dicapai targetnya,” tandas Edwin.
Selain itu, sejumlah negara di Eropa seperti Spanyol, Italia dan Perancis, pekan depan akan mengeluarkan obligasi atau surat utang untuk membiayai APBN. Para pelaku pasar mengkhawatirkan manakala obligasi tidak laku di pasar, pembiayaan APBN akan menjadi berat. “Itu yang menjadi kekhawatiran para pelaku pasar mengapa kami juga ikut tertekan,” pungkas dia.