Solo — Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) Kota Solo mengaki kawasan pertokoan Nonongan dan Coyudan rawan kebakaran. Dalam beberapa tahun terakhir, setidaknya ada tiga kebakaran besar di kawasan tersebut. Tingginya potensi kebakaran di sana disebabkan karena beberapa faktor.
“Utamanya faktor listrik ya. Di sana kan banyak bangunan lama. Kita tidak tahu kualitas instalasi jaringan listriknya,” kata Kepala DPK Solo, Gatot Sutanto kepada timlo.net melalui telepon, Senin (8/4).
Diakui, DPK sampai saat ini belum memetakan kondisi instalasi listrik di kawasan Nonongan dan Coyudan. Namun jika mengacu kepada regulasi yang paling baru, setiap bangunan yang bisa diakses publik harus mendapat Sertifikat Layak Operasi (SLO).
“Itu untuk bangunan baru ya. Jadi sebelum beroperasi harus sudah punya SLO. Tapi untuk bangunan lama memang banyak yang belum punya,” kata dia.
Di samping masalah instalasi listrik, penataan barang di pertokoan Nonongan dan Coyudan juga perlu mendapat perhatian khusus. Gatot menerangkan banyak toko yang menimbun barang tanpa memperhatikan jenis material. Padahal, penataan barang harus mengikuti aturan tertentu untuk menekan potensi kebakaran.
“Seperti kebakaran kemarin sudah padam tapi pagi tadi api menyala lagi. Itu karena penataan barang yang kurang baik,” kata dia.
Kondisi bangunan juga menjadi kendala tersendiri. Peristiwa kebakaran toko mainan, Minggu (7/4) kemarin misalnya. Petugas pemadam kebakaran sempat kewalahan karena kesulitan menyemprotkan air ke api secara efektif karena bangunan tertutup lapisan metal yang sulit ditembus. Idealnya, bangunan harus bisa diakses petugas saat terjadi kebakaran.
“Setelah kita berhasil menjebol itu, baru bisa kita semprot langsung ke apinya. Awalnya kan kita kesulitan,” kata dia.
Editor : Wahyu Wibowo