Solo — Anggap Anda berada di sebuah nite club dengan segala perlengkapannya. Ada panggung dengan DJ player, pemain band, lampu-lampu aneka warna. Penyanyi, penari. Semua ada kecuali bar dengan botol-botol minuman keras. Lalu, ada diundang untuk berdiri dan menari. Apa yang akan Anda lakukan?
Itulah tantangan untuk kita semua, Rabu (10/4) malam nanti jika hadir di Pendapa Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kentingan, Jebres, Solo. Sebuah performa bertajuk Lifj akan menghadirkan sekelompok penari muda asal negeri Belanda yang menyebut diri 115.
Kelompok 155 ada sejak tahun 2012, dulunya bernama Ill Skill Squad, tapi karena sering disingkat ISS maka berubah menjadi 155, rangkaian angka yang mirip ISS.
“Mereka nanti akan menampilkan Break Dance, tarian yang pernah sangat populer di Indonesia pada tahun 90-an,” papar Project Manager pementasan tersebut, Bob Wardhana dari Erasmus Huis, Kedutaan Belanda Belanda di Indonesia.
Penampilan 155 tidak sendiri tapi akan ditemani Anne Fay Kops, penari dan penyanyi yang sudah sering berkolaborasi dengan 155.
“Perpaduan kami sangat menyenangkan, meski kami berbeda latar belakang. Butuh dua bulan untuk menyatukan kami dalam koreografi. Tapi 115 adalah kelompok hebat di mana setiap orang diberi kesempatan untuk berekspresi. Pada proses itu, rasa humor masing-masing muncul dan memperkaya karya kami,” tutur Anne Fay, saat jumpa pers di TBJT, Selasa siang.
Bob menambahkan, Lifj sebelum di Solo sudah dipentaskan di Jakarta dan Lampung. Menurutnya, sambutan penonton di kedua pentas itu sangat bagus dan cukup mengejutkan. Mereka sangat antusias karena tidak adanya sekat antara pemain dengan penonton, konsep yang juga akan diulangi di Solo nanti.
“Humor khas Belanda ternyata bisa diterima di Indonesia. Di Jakarta, orang begitu melihat panggung langsung menari. Di Lampung, penonton seperti ragu dan menunggu, tetapi ketika musik mulai berbunyi, mereka berdiri dan mulai menari juga,” ujar Bob.
Bagaimana nanti di Solo? Datang saja dan nikmati kesegaran pentas Lifj.
Editor : Marhaendra Wijanarko