Timlo.net – Keterbatasan fisik tak menjadi kendala bagi Anggiasari Puji Aryatie. Calon legislatif untuk daerah pemilihan Yogyakarta tersebut ingin memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.
Sahabat Anggia, Nursam (25) mengenal caleg disabilitas itu sebagai sosok yang memiliki pengalaman panjang bagaimana berjuang mendapatkan kesetaraan sebagai penyandang disabilitas.
“Saya pikir Pemilu Legislatif ini menjadi momentum yang baik, ketika orang membuat regulasi paham betul masalah yang dihadapi penyandang disabilitas di berbagai daerah di Indonesia,” katanya, Kamis (11/4).
Mahasiswi Pascasarjana ini menambahkan, Anggia kerap menemui berbagai masalah yang perlu dibenahi. Terutama di bidang pendidikan dan isu kesetaraan bagi penyandang disabilitas.
“Banyak warga disabilitas yang merasa selama ini tidak mendapat hak yang sama dengan warga lain, kesetaraan di berbagai hal itu penting,” tuturnya.
“Isu kesetaraan disabilitas ini bukan baru diusung oleh mba Anggia saat ini saja, tetapi sudah tujuh tahun ia perjuangkan bersama komunitasnya,” ujar Ridwan.
Ridwan menjelaskan, dulu dirinya adalah orang yang tidak peduli dengan politisi. Namun melihat Anggia yang semangat memperjuangkan hak disabilitas, ia pun membantunya.
“Saya sebagai orang non disabilitas merasa harus ada keterwakilan penyandang disabilitas di legislatif,” tuturnya.
Dikatakan Ridwan, berdasarkan aspirasi para penyandang disabilitas, khususnya di wilayah DIY, sebagian besar mengharapkan kesetaraan terutama di bidang pendidikan dan lapangan kerja.
“Teman-teman disabilitas ingin ada kesamaan hak, bekerja dan berkarya berdampingan dengan yang lain, tentunya pekerjaan yang layak. Masih banyak disabilitas belum dapat akses yang sama,” tuturnya.
Sementara itu, Anggia menegaskan akan terus berjuang untuk bisa melenggang ke DPR. Dia ingin memperjuangkan kaum difabel dengan segenap kemampuannya.
“Perjuangan, pokoknya kita terus berjuang, kita usahakan semaksimal mungkin dengan berbagai strategi tanpa politik uang,” katanya.
Relawannya pun, kata dia, sudah terbuka untuk bercerita tentang disabilitas, tentang kemanusian, dan rencana ke depan tentang pendidikan inklusif serta pekerjaan yang layak bagi disabilitas.
“Dengan kepercayaan dan rekam jejak yang jelas, dengan riwayat hidup jelas, politik menjadi sesuatu yang bisa dilakukan tanpa politik uang,” imbuhnya.
Namun, Anggia akan berbesar hati andai kalah karena pesaingnya main politik uang. Karena baginya, memilih dengan hati nurani jauh lebih berharga.
“Kalau terjadi politik uang dan saya kalah karena itu, saya tetap berbangga hati karena yang memilih saya adalah suara murni, tidam ada politik uang dan itu jauh lebih berharga. Itu adalah kemenangan yang sesungguhnya,” paparnya. (*/)
Editor : Dhefi Nugroho