Solo — Istana Mataram berambisi mengembangkan bahan bakar biodisel berbahan dasar Kemiri Sunan (auleuritus trisperma). Selain sebagai bentuk kepedulian terhadap perubahan iklim global, program ini sekaligus ditujukan untuk pemberdayaan kerajaan-kerajaan di Indonesia.
“Untuk kegiatan pelestarian budaya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Salah satunya yang sedang kita uji coba yaitu bagaimana mendapatkan sumber pelestarian adat dan budaya dari energi terbarukan,” kata Inisiator Istana Mataram, KP Eddy Wirabhumi di sela Ulang Tahun Pertama Istana Mataram, Minggu (14/4).
Dalam pertemuan yang digelar di Hotel Amarelo itu, Kasultanan Sumenep dan Keraton Surakarta menyatakan siap menjadi rekanan program tersebut. Kasultanan Sumenep menyiapkan lahan sekitar dua hektar untuk budidaya Kemiri Sunan.
Meski membutuhkan lahan cukup luas, lanjut Eddy, budi daya tersebut bisa diakali dengan memberdayakan masyarakat. Keraton Solo misalnya, akan menggerakkan abdi-abdi dalem agar menanam kemiri sunan di halaman masing-masing.
“Keraton sendiri juga punya lahan di beberapa daerah yang bisa dimanfaatkan,” kata dia.
Upaya pengembangan energi terbarukan ini, lanjut Eddy, merupakan upaya Istana Mataram untuk membangkitkan perekonomian kerajaan-kerajaan di Indonesia. Diharapkan dengan menjadi produsen kemiri sunan, kerajaan-kerajaan dapat memetik hasilnya untuk menopang kebutuhan kerajaan sehingga tidak sepenuhnya bergantung kepada uluran tangan pemerintah.
“Di samping itu tentunya juga untuk pemberdayaan masyarakat. Intinya dari kerajaan adalah bagaimana kerajaan itu bisa memberi dampak positif bagi kawulanya,” kata dia.
Editor : Wahyu Wibowo