Solo – Museum Radya Pustaka melakukan konservasi naskah-naskah kuno sebagai langkah pelestarian. Konservasi tersebut dilakukan dengan cara digitalisasi sebagian arsip dan mikrofilm yang ada di Museum Radya Pustaka.
Pelestarian dokumen peninggalan sejarah tersebut dilakukan dalam rangka peringatan ulang tahun yang ke 120 Museum Radya Pustaka. “Untuk mengisi kegiatan menyambut hari ulang tahun Museum Radya Pustaka, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) bekerjasama dengan Museum Radya Pustaka melakukan konservasi dokumen,” jelas Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka, Djoko Daryoto kepada Timlo.net, Kamis (14/10).
Museum Radya Pustaka memiliki 364 naskah yang berupa buku. Sebagian naskah tersebut berwujud mikrofilm yang berjumlah kira-kira 100 rol. Ada dua jenis ukuran mikrofilm, yaitu 16 mm dan 35 mm. Mikrofilm itu berwujud positif film karena merupakan duplikat dari negatif film yang asli. Negatif film yang asli sendiri sekarang tidak berada di Museum Radya Pustaka.
Dari sekian banyak jumlah dokumen yang ada di Museum Radya Pustaka, kemudian diajukan sejumlah 164 judul yang harus dikonservasi. “Museum Radya Pustaka mengajukan 164 judul kepada PNRI untuk dilakukan penyelamatan, karena kondisinya sangat rapuh,” tambah Djoko.
Pengajuan 164 judul tesebut dengan pertimbangan keadaan fisik dokumen, kelangkaan dokumen, dan banyaknya peminat terhadap dokumen itu. “Ada beberapa tahap digitalisasi, yang pertama konservasi dengan membersihkan dokumen, kemudian penjilidan dokumen-dokumen yang rusak, dan yang terakhir proses digitalisasi dengan cara pemotretan,” terang Moh. Kodir, Kasubid Mikrofilm PNRI.
Selain mikrofilm, konservasi dokumen tersebut juga dilakukan untuk arsip peta dan foto kuno. Hasil dari konservasi itu nantinya akan dimasukkan dalam kepingan disc.