Solo – Sebagai percontohan pendidikan berkarakter, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) menunjuk SMAN 8, Mojosongo. Mulai tahun pelajaran 2010/2011 ini, beberapa sekolah pun telah menerapkan pendidikan berkarakter ini. Seperti di antaranya adalah SMKN 4 Solo.
Di SMAN 8, penerapannya antara lain seperti pemutaran lagu-lagu perjuangan dengan pengeras suara di halaman sekolah setiap pagi mulai pukul 06.30 WIB. Hal ini seperti diungkapkan kepala SMAN 8, Sudadi Mulyono.
“Pembelajaran dimulai pukul 07.00 WIB. Setiap pagi, ada guru yang bergiliran menanti kedatangan siswa di halaman sekolah. Di sana diterapkan 3S yaitu Senyum, Salam, Sapa salah satunya dengan berjabat tangan,” ungkapnya, Rabu (13/10).
Siswa yang terlambat masuk sekolah pun diperlakukan tidak hanya dengan dihukum melainkan dikumpulkan di halaman sekolah kemudian diberi pengarahan untuk meningkatkan moral dan kedisiplinan siswa. “Apabila dalam satu pekan siswa terlambat sampai tiga kali, orang tua akan diundang ke sekolah untuk bersama-sama mencari solusi,” lanjutnya.
Upaya meningkatkan kedisiplinan siswa juga dilakukan dengan bekerja sama dengan seperti pada saat pelaksanaan Masa Orientasi Siswa (MOS). “Sikap TNI yang penuh semangat supaya dapat menular pada siswa dalam belajar. Kini sudah tampak perubahan positif pada siswa yaitu mudahnya memberikan pengarahan kepada mereka,” jelasnya. Selain itu, SMAN 8 juga bekerja sama dengan pihak Keraton untuk meningkatkan etika, sopan santun, dan memperkenalkan kebudayaan secara lebih mendalam.
Sementara itu, penerapan pendidikan karakter di SMKN 4 dilaksanakan hampir sama dengan SMAN 8 seperti memperdengarkan lagu-lagu perjuangan kepada siswa dan memberi perlakuan mendidik kepada siswa terlambat. “Siswa yang terlambat langsung diserahkan ke kelas masing-masing untuk menjadi tanggung jawab bersama dalam rangka menemukan solusinya. Diharapkan siswa lain peduli dengan si terlambat,” kata Sugiyarto, kepala SMKN 4.
Sebelum bel masuk sekolah, siswa memiliki kegiatan di antaranya membersihkan kelas dan papan tulis, mengurutkan meja dan menata rapi, dan menyiapkan peralatan sekolah sebelum KBM. Ini dilakukan oleh regu piket yang telah dijadwal per harinya. Sebagai pengawas adala ketua kelas dan guru mata pelajaran jam pertama. Mereka juga bertanggung jawab terhadap bangku terdepan. “Biasanya, bangku terdepan paling dihindari oleh siswa. Maka dari itu, bangku tersebut harus terisi. Ini merupakan tanggung jawab regu piket,” paparnya.
Untuk memantau kegiatan, sekolah menyediakan jurnal patut diri untuk menuju kelas yang berkarakter. Jurnal yang diisi oleh guru pengajar jam pertama dan ketua kelas ini berisi laporan tentang kegiatan tersebut. Menurutnya kunci kesuksesan adalah disiplin dan tepat waktu. “Keterlambatan akan mengganggu psikologis siswa dalam belajar. Karena pasti tidak tenang dan tergesa-gesa,” ungkapnya.