Solo – Perayaan 50 Tahun Wayang Ngajab Rahayu yang digelar di halaman SD. Pangudi Luhur Surakarta mengundang banyak praktisi, akademisi dan pemerhati seni budaya Surakarta, perayaan ini merupakan peringatan 50 Tahun pendiri Wayang Wahyu yakni Bruder Timotius Wignyosubroto FIC. Wayang Wahyu sendiri merupakan wayang kulit yang menceritakan kisah-kisah yang diadaptasi dari kitab suci umat Katolik.
Seminar ini bertujuan mengembangkan pewartaan melalui media seni wayang, nantinya diharapkan menjadi satu keragamanan budaya, khususnya wayang sendiri. Diungkapkan oleh Bruder Heri Irianto, ketua panitia Seminar 50 Tahun Wayang Ngajab Rahayu ini mengatakan. “Wayang Wahyu menjadi satu media pewartaan iman sekaligus menjadi satu warisan budaya, dimana kita harus bisa memaknai budaya kita sendiri melalui media seni ini.” Diungkapkannya pula bahwa di Solo sendiri ada sekitar 5 Dalang wayang wahyu yang saat ini masih eksis dibidangnya.
Senada diungkapkan oleh Septina, Dosen pengajar salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya yang menjadi peserta seminar, mengatakan bahwa Wayang Wahyu sendiri merupakan satu inspirasi yang didapat dari wayang purwa, namun memasuki abad ke XX terjadi akulturasi pakeliran sebagai bentuk toleransi status dari wayang itu sendiri, sehingga menjadi satu kolaborasi gereja dengan seniman yang dituangkan dengan visualisasi media religi, wayang ini sama halnya dengan Wayang Syahdat yang diadaptasi dari kitab suci Al Qur'an.
Dalam kaitannya dengan Wayang Wahyu itu sendiri, sang pencipta mencoba mengubah pakeliran Wayang Purwa yang dilihatnya dengan mengubah konseptual pakeliran menjadi satu wayang yang memiliki spesifikasi dan karakteristik yang berbeda dengan wayang lain. Seminar yang berlangsung sehari ini akan ditutup dengan pentas Pagelaran Wayang Wahyu malam (2/2) nanti yang akan diisi dengan kolaborasi 5 orang Dalang Wayang Wahyu.
Rony/Timlo.net