Solo — Realisasi pembiayaan yang dilakukan perbankan hingga kuartal pertama 2019 tercatat mengalami penurunan. Hal itu terjadi karena diduga perbankan memperketat penyaluran yang dilakukan, seiring dengan tingkat kredit macet yang cenderung merangkak naik.
“Dari data yang tercatat, penurunan pembiayaan mencapai sekitar 0,77 persen atau Rp 40 miliar. Yaitu dari April 2018 sebesar Rp 5,1 triliun menjadi Rp 5,08 triliun di April 2019,” kata Plh Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Triyoga Laksito kepada wartawan, Jumat (5/7).
Penurunan realisasi pembiayaan tersebut, menurutnya dianggap sebagai upaya perbankan untuk menekan angka kredit macet. Kaitannya dengan prinsip kehati-hatian yang dilakukan.
Pasalnya, pada periode tersebut angka non performing loan (NPL) mengalami peningkatan.
“Angka NPL untuk bank konvensional pada periode tersebut meningkat menjadi 2,39 persen. Periode sama tahun sebelumnya tercatat lebih rendah, yaitu hanya diangka 2,13 persen,” jelasnya.
Dari seluruh daerah di Soloraya, ia menyebut tingkat NPL tertinggi terjadi di kota Solo, yaitu sebesar 2,66 persen, kemudian disusul Sukoharjo sebesar 2,04 persen, Klaten 1,86 persen dan Sragen 1,81 persen.
Kendati realisasi penyaluran pembiayaan terjadi koreksi dan angka kredit macet mengalami kenaikan, namun ia mengatakan untuk dana pihak ketiga (DPK) justru tercatat mengalami kenaikan.
Dari sisi Giro tercatat Rp 9,8 triliun meningkat 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 9 triliun. Untuk tabungan Rp 32,9 triliun meningkat sebesar 5,95 persen, dan deposito sebesar Rp 22,1 triliun meningkat 14,05 persen.
Editor : Dhefi Nugroho