Wonogiri — Masyarakat Wonogiri diimbau untuk mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sebab, diperkirakan musim kemarau tahun ini akan lebih panjang.
“Jumlah total luas lahan yang terbakar sampai akhir Agustus ini mencapai 57 hektare. Kerugian akibat kebakaran lahan dan hutan selama 2019 ini ditaksir mencapai Rp 887.500.000,” ungkap Kepala pelaksana BPBD Wonogiri Bambang Haryanto, Selasa (3/9).
Dijelaskan, kebakaran lahan dan hutan tahun ini diketahui kali pertama tanggal 11 Juli lalu di Dusun Traman, Desa Pare, Kecamatan Selogiri. Sejak saat itu sampai akhir Agustus tercatat telah terjadi 11 peristiwa kebakaran lahan dan hutan. Jumlah kebakaran paling banyak terjadi di bulan Agustus yang mencapai delapan kasus. Kebakaran terluas berlangsung tanggal 10 Agustus lalu di Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri yang menghanguskan sekitar 25 hektare lahan milik warga dan hutan negara.
“Justru kebakaran paling banyak terjadi dilahan dan hutan milik negara. Di lahan hutan itu kebanyakan diisi pohon tegakan mahoni, jati dan sonokeling,” ujarnya.
Dikatakan, musim kemarau diprediksi mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September ini. Bencana kebakaran hutan semakin diwaspadai karena frekuensinya sering terjadi. BMKG juga memprediksi kemungkinan musim kemarau bisa lebih panjang lagi.
“Kami minta masyarakat untuk ikut mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah tidak membakar sampah dan tidak membuang puntung rokok di tepi hutan. Jangan membakar sampah, dedaunan, maupun ranting-ranting di sekitar lahan-lahan tegalan,” tuturnya.
Sementara itu, kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada Minggu (1/9) di hutan negara di Petak 50-5 RPH Tritisan, BKPH Wonogiri di Dusun Tanjung, Desa Sembukan, Kecamatan Sidoharjo. Setidaknya tujuh hektar lahan dilalap si jago merah.
Kemudian pada Senin (2/9) kebakaran melanda tegalan warga dan hutan negara di Dusun Melati, Desa Kaloran, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Kebakaran itu menghanguskan sekitar 12 hektare lahan.
Editor : Wahyu Wibowo