Solo — Bank Indonesia usulkan Kota Solo sebagai pilot project pembentukan Tim Perluasan Digitalisasi Daerah (TPDD). Hal itu mengingat, Kota Solo dianggap cukup sukses menerapkan sejumlah kanal pembayaran melalui elektronik.
“Alasan Kota Solo kita usulkan dalam pilot project ini, karena dari sisi literasi dan infrastruktur yang ada sudah cukup menunjang dibanding daerah lainnya,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Bambang Pramono kepada wartawan, Rabu (11/9).
Dirinya menyebut, beberapa kanal pembayaran elektronik yang sudah diterapkan Pemkot Solo untuk menunjang kebutuhan masyarakat sudah cukup banyak. Mulai dari e-parkir, e-pajak, e-uji KIR, e-retribusi dan lainnya.
Bahkan terkait e-retribusi sudah diterapkan di 14 pasar, dari total 44 pasar tradisional di Kota Solo.
“Dan yang menarik, tidak hanya bank daerah saja yang terlibat. Tapi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) juga turut serta. Sehingga bisa memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi secara non tunai,” jelasnya.
Dalam pembentukan TPDD tersebut, pihaknya menjelaskan akan melakukan koordinasi dengan Pemkot terkait. Mengingat unsur yang dilibatkan cukup bervariasi, seperti Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM dan lainnya.
Saat disinggung mengenai tingkat literasi dan inklusi keuangan, pihaknya mengaku masyarakat di Solo dianggap sudah cukup siap untuk mendukung TPDD tersebut. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya transaksi keuangan yang dilakukan secara elektronik, baik melalui OVO, GO-PAY dan lainnya.
Sementara itu, pihaknya mengaku tingkat transaksi non tunai yang dilakukan masyarakat hingga saat ini menunjukkan adanya peningkatan. Dicontohkannya pada transaksi yang tercatat di Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) per Juli 2019, ada sebanyak 6.473.075 transaksi dengan nilai Rp 74.384 Triliun (Data Nasional, Red).
“Baik dari data harian maupun tahunan, tren masyarakat dalam bertransaksi secara non tunai mengalami peningkatan,” tandasnya.
Editor : Wahyu Wibowo