Solo – Kebudayaan Cina masuk ke Indonesia telah berlangsung sejak abad ke 13 melalui arus perpindahan penduduk dan perdagangan serta melalui hubungan politik. Hubungan yang berlangsung ini terus menerus hingga berkembang menjadi satu kebudayaan dengan masyarakat pribumi, seperti perayaan tahun baru Imlek.
Perayaan Imlek merupakan perayaan yang telah berumur ribuan tahun dimaksudkan untuk menyambut datangnya musim semi, karena pada jaman dahulu sebelumnya rakyat Cina tidak dapat bekerja karena suhu yang sangat dingin.
Di dalam Imlek terdapat aksesoris yang khas yang merupakan ciri perayaan seperti Barongsai, Kue Keranjang dan Angpau. Di Indonesia pada jaman rezim Orde Baru tahun 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek sempat dilarang untuk dirayakan di depan umum, namun pada tahun 2000, perayaan Imlek kembali dirayakan oleh masyarakat Cina dan pada tahun 2003 Imlek dinyatakan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah Indonesia
Saat ini perayaan Imlek di Indonesia lebih terbuka dan tidak terbatas pada satu etnis tertentu, seperti halnya perayaan Imlek di Solo lebih multikultural karena juga melibatkan warga etnis lain dalam merayakan perayaan tersebut, seperti contoh adanya Kirab Grebeg Sudiro yang menggambarkan adanya multikultural dan multietnis membaur menjadi satu dalam sebuah kirab Budaya di Solo Minggu (07/02/10) lalu.
Grebeg Sudiro merupakan perayaan yang sudah menjadi satu agenda tahunan Kota Surakarta, dimana sesuai tempatnya di kawasan Sudiroprajan memang dikenal sebuah kawasan pecinan yang sebagian besar kawasan tersebut ditempati oleh etnis Cina atau peranakan Cina Jawa. Sudah menjadi sebuah tradisi Grebeg Sudiro ini diadakan untuk merayakan tahun baru Imlek, berbaurnya warga masyarakat ini semakin menambah beragamnya kultur sosial ditengah masyarakat Kota Solo, bukan lagi sebagai masyarakat minoritas atau mayoritas namun sudah menjadi satu masyarakat Kota Solo.