Solo — Angin ribut di kawasan Baki, Sukoharjo, Rabu (6/2) sore juga ikut menerjang sanggar kepunyaan Dalang Wayang Kampung Sebelah (WKS), Ki Jlitheng Suparman. Sanggar yang terbuat dari bambu tak dapat menahan terjangan angin yang datang dari arah utara. Dalam hitungan detik, sanggar roboh dan menimpa sejumlah peralatan di dalamnya.
“Awalnya ada gemuruh angin, lalu saya sekeluarga berkumpul di ruang tamu. Saya melihat dari arah utara ada angin ribut berwarna hitam menerbangkan benda apa saja yang dilewatinya, setelah angin itu lewat saya baru tahu kalau sanggar yang berada di depan rumah roboh. Itu pun dari anak saya yang pertama kali melihatnya,” ungkap Ki Jlitheng saat ditemui Timlo.net, Kamis (7/2).
Dari kejadian itu, dirinya sangat menyayangkan nilai historis yang terkandung saat pendirian sanggar tersebut. Sanggar yang berdiri sekitar tahun 2006 itu didirikan secara gotong royong oleh para seniman dan sebagai desainernya diketuai oleh Almarhum Winachto, seorang seniman patung dari Semarang. Jika ditaksir secara keseluruhan, sanggar yang roboh beserta peralatan di dalamnya mencapai hampir hampir Rp 20 juta.
“Dulunya sanggar ini mirip bangunan Joglo. Dimana di dalamnya berisi satu set perlengkapan wayang, set drum, speaker aktif, amplifier dan sejumlah peralatan pentas lain. Yang sangat saya sayangkan yaitu nilai sejarah yang terkandung saat pendirian sanggar tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, ya yang namanya musibah kan tidak bisa dihindari,” ujarnya pasrah saat di tengah kesibukannya berbenah usai bencana angin ribut itu.
Sementara itu, Budiman (32) salah seorang warga, Siwal RT 05/02, Baki, Sukoharjo mengatakan kebanyakan kerusakan diderita oleh warga yang tinggal di Desa Siwal dan Purbayan. Kerusakan tersebut diantaranya genteng beterbangan, rumah tertimpa pohon hingga putusnya kabel tegangan tinggi PLN yang dinilai cukup membahayakan warga disekitar.
“Parah, Mas anginnya kemarin. Akibat angin tersebut banyak genteng warga yang berterbangan, pohon roboh hingga putusnya kabel listrik PLN,” ujarnya sambil menunjukkan sisa-sisa genteng yang terbawa angin.