Perjalanan menyimpan ingatan, seperti halnya ingatan tentang pelayanan transportasi yang dirasakan oleh penumpang. Ingatan tentang pelayanan yang baik melahirkan citra positif, sebaliknya pelayanan yang buruk akan melahirkan keluh kesah penumpang.
Berangkat dari situlah, pecinta moda transportasi umum pun mulai berembrio hingga akhirnya melahirkan komunitas, seperti halnya komunitas pecinta bus yang tergabung dalam Bus Mania Community (BMC).
Anggota komunitas ini berbeda-beda latar belakangnya. Ada yang memang komuter (laju) ada pula yang sekadar punya ketertarikan dengan moda transportasi ini. “Namun, ada pula anggota yang ikut bergabung justru dari perasaan tidak suka dengan bus,” terang Arif Ai kepada Timlo.net beberapa waktu lalu.
Komunitas ini pun berkembang di sejumlah daerah. Begitu pula di Solo, tepat pada 10 Januari 2010 sejumlah pecinta bus mulai kopi darat untuk berdiskusi ringan, hingga hunting foto di sejumlah tempat, salah satunya adalah di Terminal Tirtonadi.
Tak lama kemudian komunitas ini ikut bergabung dengan komunitas pecinta bus Bus Mania Community (BMC), tepat pada 25 April 2010. Ketua BMC Solo, Bhayu melalui Koordinator Humas dan Publikasi BMC Solo, Arif Ai mengatakan, selanjutnya komunitas ini mulai menggelar sejumlah kegiaatan dalam berbagai skala, skala kecil, sedang, besar, serta jamboree tahunan.
Skala kecil, mereka menggelar pertemuan rutin yang biasa digelar ruang tunggu Terminal Tirtonadi. Di situlah mereka berdiskusi lebih lama tentang seluk beluk layan transportasi, tentang bus kesukaan. Utamanya bagi anggota yang penyuka bus, bahkan koleksi miniatur berbagai macam bus.
Sedangkan untuk pertemuan skala kecil mereka sering pula berkumpul nongkrong di wedangan. “Di situ kami ngobrol tentang bus yang tidak ada habisnya,” jelas Arif yang juga serig mondar-mandir Solo-Boyolali, dan Solo-Yogyakarta dengan naik bus.
Selain berkumpul, komunitas ini juga sering mengadakan kunjungan ke sejumlah perusahaan oto bus (PO) serta karoseri. Sebelum melakukan kunjungan, lanjut Arif, tim riset menyebarkan kuisioner kepada para penumpang bus PO tertentu tentang kelebihan dan kekurangan dari pelayanan PO.
“Jadi selain silaturahmi, kunjungan ini bertujuan mengumpulkan sejumlah fakta untuk kami sampaikan ke pihak PO. Misalnya kami menyampaikan tentang keluhan harga tiket yang tidak sebanding dengan pelayanan PO, begitu pula dengan sopan santun kru bus yang bersangkutan,” terang Arif.
“Jadi kita ingin kegiatan ini bermanfaat bagi masyarakat penumpang transportasi umum,” lanjut Arif.