Klaten – Industri rumah tangga di Dukuh Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten saat ini masih menghadapi masalah besar dalam hal limbah.
Bahkan, pencemaran limbah dari hasil produksi mie soon ditempat itu semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaurkesra) Desa Daleman, Ngadiman mengatakan, peredaran limbah yang dikeluarkan dari bahan baku berupa batang pohon Aren itu mencapai 20 – 50 ton per hari, yakni berupa limbah padat dan cair.
Selama ini, kata dia, warga membuang limbah padat hanya ditepian sungai dikarenakan tidak adanya lahan lain untuk menampungnya. Hal itu menyebabkan sungai menjadi tercemar dan menyempit karena onggokan limbah. Namun tak sedikit juga limbah dibuang ditepi jalan yang menyebabkan bau tak sedap.
”Persoalan limbah ini pernah ditangani dari kabupaten, propinsi maupun dari pusat, namun sampai saat ini persoalan limbah belum terpacahkan,” katanya kepada Timlo.net diruang kerjanya, Senin (31/1).
Ditempat itu, lanjutnya, pernah dilakukan sebagai pilot project pemberdayaan limbah industri sebagai bahan dasar pembuatan biobriket dengan menggunakan alat pengarangan (kiln). Namun uji coba tersebut belum juga berhasil. ”Sebab ampas Aren tidak memenuhi standart briket karena tidak adanya unsur kayu,” katanya.
Untuk mengurangi volume limbah padat yang setiap hari menumpuk, lanjut dia, warga pernah mengirimkannya ke sebuah perusahaan di daerah Jogjakarta untuk produksi jamur. Berhubung perusahaan itu bangkrut, pengiriman limbah terhenti.
Alternaitf lain, kini warga memanfaatkan limbah Aren itu sebagai pakan ternak sapi. ”Mereka menjualnya kebeberapa peternak dengan harga Rp 8.000 per karung,” ungkapnya.
Sementara itu, sambung Ngadiman, limbah cair Aren ini juga menyebabkan pencemaran pada air sumur milik warga. Akibatnya, air sumur disekitarnya menjadi keruh dan berkerak jika dimasak. Terkait pencemaran limbah tersebut, Desa Daleman bersepakat membuat program air bersih guna memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangga di dua desa, yakni Desa Wunut dan Daleman.
Sumber dari bak penampungan air bersih (BPAB) yang ditempatkan di Dukuh Pucangan itu memanfaatkan air dari Umbul Nilo desa setempat. ”Sudah diuji cobakan dan berhasil mengalirkan air bersih. Sebentar lagi akan dioperasikan dan air siap dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga,” imbuh Ngadiman.
Warga sendiri mengaku senang dengan pemanfaatan Umbul Nilo sebagai satu-satunya sumber air bersih. Sebab, selama ini warga mengandalkan air sumur rumahan yang kurang sehat karena tercemar limbah. ”Mudah-mudahan saja bak penampungan air bersih itu segera dioperasikan,” kata Yanti warga setempat.