Solo — Tak diragukan lagi, aplikasi buatan para pemuda asal Solo ini telah merambah ke berbagai wilayah dunia. Perkembangan yang dicapai aplikasi bernama Oorth ini pun juga melesat jauh sejak dibentuk tahun 2017 lalu.
“Saat ini sudah ada sebanyak 100.000 pengguna aktif dan terdapat 4000 komunitas dari berbagai penjuru dunia,” terang CEO Oorth, Krishna Adityangga saat berbincang dengan wartawan, Selasa (29/10).
Aplikasi yang didirikan oleh tiga sekawan, yakni Krishna Adityangga, Dhany Ardiansyah dan Yafie Miftah ini sangat optimis mampu menggeser keberadaan aplikasi social media (Medsos) Facebook di Indonesia ke depan. Mengingat, kebijakan yang dimiliki oleh aplikasi medsos asal Negeri Paman Sam tersebut tidak memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
“Banyak yang inbox ke kami, apakah pemerintah akan melakukan penutupan terhadap Facebook karena banyak konten menjurus ke SARA. Meski kebijakan itu belum pasti, kami ingin menyikapinya,” terang Krisna.
Berbagai kemudahan pun dihadirkan oleh Oorth agar lebih familiar digunakan netizen. Mulai dari pengelolaan grup komunitas, fitur pencarian jasa maupun jual beli di sekitar pengguna, dan masih banyak yang lain.
Krisna mengaku, beberapa waktu terakhir pihaknya menerima migrasi user besar-besaran dari pengguna Facebook ke Oorth. Dengan adanya migrasi tersebut, pihaknya telah siap dengan adanya sistem inkubasi tahap dua dari Amazon. Dengan adanya sitem inkubasi ini, Krisna memastikan server Oorth tidak akan terganggu lagi saat adanya migrasi besar-besaran tersebut.
“Amazon sudah sediakan fasilitas inkubasi. Dan kami siap menerima lonjakan user yang cukup banyak ke depan. Masyarakat bisa lebih dewasa dalam menggunakan Medsos, karena algoritma juga sudah kami seting sedemikian rupa dan tentunya sesuai dengan Pancasila,” ungkap Krisna.
Sejauh ini, lanjut Krisna, pihaknya belum melakukan pendekatan kepada pemerintah mengenai aplikasi social media yang berpotensi menggantikan posisi Facebook di Tanah Air.
“Aplikasi kami sifatnya memberikan pelayanan kepada siapapun, lembaga apapun hingga pemerintah. Apabila Oorth diberi keluasan untuk pengembangan aplikasi yang mengedepankan budaya lokal sebagai pengganti Facebook, kami sudah menyiapkan perangkatnya, sumber daya manusianya, managemennya hingga teknisinya,” katanya.
Editor : Marhaendra Wijanarko