Boyolali — Harga cabe hingga minggu kedua bulan Puasa masih tinggi. Untuk mengantisipasi harga agar bisa terjangkau oleh masyarakat, sejumlah pedagang terpaksa mencampur dengan cabe kualitas jelek atau agak membusuk. Sementara harga sayuran mengalami penurunan sangat drastis.
Seperti diungkapkan pedagang cabe di Pasar Sayur Cepogo, Didik Mulyono (54), harga cabe rawit merah kwalitas bagus perkilogramnya mencapai Rp 60 ribu, sedangkan cabe yang dicampur dengan kualitas jelek harga perkilogramnya hanya Rp 55 ribu. Diakui, cabe yang dicampur ini justru yang laris di pasaran, pasalnya harga bisa terjangkau konsumen.
“Ya terpaksa kita campur, soalnya kalau tidak dicampur, harganya sangat tinggi, tidak laku, akhirnya malah busuk,” tandas Didik ditemui di Pasar Sayur Cepogo, Rabu (24/7).
Dijelaskan, pasokan cabai rawit merah diperoleh dari para petani di Ngablak, Magelang. Sedangkan para petani di kawasan lereng Merapi-Merbabu di wilayah Boyolali seperti Selo, Musuk, Cepogo dan Ampel, lebih senang menanam cabai rawit hijau dan cabai merah keriting yang harganya lebih murah.
“Harga cabai tergantung kondisi harga di Jakarta. Kalau di sana harga naik, kami pun juga menaikkan harga,” ujarnya.
Sementara harga sejumlah sayuran malah menunjukkan penurunan. Seperti dikemukakan Siti (39) pedagang lainnya, harga wortel kini turun menjadi Rp 7 ribu/ kg dari harga sebelumnya Rp 8,5 ribu/ kg. Kol juga turun, dari Rp 3,5 ribu/ kg menjadi Rp 3 ribu/ kg. Bahkan harga labu siam kini tinggal Rp 1.000/ kg. Padahal, seminggu sebelumnya harganya masih Rp 2.000/ kg. Itupun para bakul hanya memilih labu yang berkualitas bagus.
Di sisi lain, Ketua Komisi II DPRD Boyolali, Dwi Adi Agung Nugroho mengharapkan ada langkah komprehensif dari instansi terkait untuk menjaga harga dan pasokan sayur. Saat ini, lahan di lereng Merapi- Merbabu mayoritas ditanami tembakau dan hanya sebagian ditanami sayuran.
“Sekarang saja harga sayuran sudah turun, kalau panen raya harganya pasti anjlok,” tandas Dwi Adi prihatin.