Sragen — Arkeolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Suharyana menyatakan bahwa eksistensi Sangiran merupakan bukti keberadaan manusia purba yang ada di Indonesia. Bahkan menjadi salah satu area studi manusia-manusia purba di dunia.
“Populasi manusia purba di Sangiran hampir 50 persen sendiri untuk studi manusia purba tingkat dunia. Sehingga kepentingan dan pengetahuan tentang manusia purba di Sangiran penting bagi ilmu pengetahuan,” jelas Suharyana di sela-sela pembekalan mahasiswa baru program studi Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS), di Museum Manusia Purba Sangiran, Sragen, Minggu (22/9).
Keberadaan Sangiran, menurut Arkeologi UNS, merupakan bukti awal dari kebudayaan pada masa pra sejarah. Suatu massa yang paling lama sebelum memasuki masa sejarah. Karena masa keberadaan manusia purba di Sangiran mencapai ratusan ribu tahun.
“Dari segi waktu memang jauh sekali, juga dari segi hasil teknologi masih sangat terbatas, seperti alat-alat batu diantaranya kapak genggam, kapak perimbas dan sebagainya yang dalam konteks itu tidak semua orang mudah untuk memahami,” jelas Suharyana yang sehari-harinya dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.
Oleh karena itu, kata Suharyana, khususnya untuk ilmu sejarah sangat penting untuk memberi pengetahuan basic keberadaan kebudayaan. Karena masa itu terdiri dari beberapa periodisasi paleolitikum, mesolitikum, neolitikum dan megalitikum.
“Dan kebudayaan di Sangiran merupakan kebudayaan yang paling awal,” jelasnya.