Solo — Sistem pendidikan yang kita miliki dewasa ini rupanya tercipta pada masa industri, sehingga hanya mempersiapkan masyarakat untuk bekerja di dunia industri. Padahal dunia sekarang ini sedang menuju ke zaman kreatif atau zaman digital.
Hal ini diungkapkan Bukik Setiawan, penggagas Indonesia Bercerita dalam kelas ke-66 AkBer (Akademi Berbagi) Solo, “Pendidikan Digital” yang diadakan di Rumah Blogger Indonesia, Jumat (4/10) malam.
“Sekolah (masa kini) hanya dirancang untuk kebutuhan jaman industri,” terang Bukik.
Menurut Bukik, ada beberapa ciri dari sistem pendidikan yang dirancang hanya untuk kebutuhan industri, salah satunya adalah standarisasi di mana seluruh siswa diminta untuk belajar hal-hal yang sama dan tidak menyesuaiakan dengan bakat dan minat masing-masing individu.
Selain itu, lanjut Bukik, kecepatan belajar juga diseragamkan karena keterbatasan waktu, tanpa benar-benar memperdulikan apakah setiap pelajar menguasai materi. Dan juga adanya rasio perbandingan guru dan murid yang tidak seimbang di mana seorang guru mengajar begitu banyak murid. Keberhasilan dalam dunia pendidikan diukur dengan angka, bukan dari kemampuan menyelesaikan masalah.
Sistem pendidikan yang seperti ini, menurut mantan dosen psikologi tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan zaman digital atau kreatif ini. Generasi yang lahir di zaman ini bisa dikatakan sebagai generasi digital. Bukik mencontohkan bahwa anak-anak kecil sekarang ini sudah terbiasa menggunakan benda-benda digital seperti smartphone dan komputer.
Oleh karena itu, saat ini menurut Bukik kita harus mulai menggunakan sistem pendidikan digital yaitu sistem pendidikan yang menggunakan teknologi digital untuk menghubungkan guru, anak, orangtua, dan masyarakat untuk berkolaborasi untuk belajar dan mengajar.
Dalam sistem pendidikan ini, anak-anak akan belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka sertai sesuai dengan kecepatan mereka belajar sampai mereka menguasai materi yang diajarkan. Untuk itulah Bukik merancang Takita, sebuah media sosial yang dirancang khusus untuk anak berusia 6-12 tahun.
Dengan Takita, orangtua bisa mengenali kecerdasan sang anak, melatih dan memantau perkembangan pendidikan sang anak. Anak-anak juga akan dihubungkan dengan teman-teman lain yang memiliki bakat dan kecerdasan yang sama dalam lingkaran pertemanan supaya bisa saling mendorong dan menyemangati.
Anak nantinya bisa memilih beragam tantangan, melakukan aktivitas offline dan mengunggah foto atau video ke aplikasi Takita untuk menyelesaikan tantangan tersebut. Bukik mengatakan bahwa aplikasi Takita ini rencananya akan dirilis pada November mendatang.