Solo – Pembangunan sebuah hotel tentu saja tidak bisa lepas dari aspek sosial dan lingkungan. Oleh sebab itu, selain wajib mengantongi berbagai dokumen legal dari pemerintah setempat, investor juga perlu merangkul warga sekitar.
Sebagaimana dikatakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, Abdullah Soewarno, pendirian hotel di suatu kawasan tak bisa dilepaskan begitu saja dari aspek sosial. Investor perlu melakukan pendekatan kepada warga sekitar guna mendukung keberlangsungan operasional hotel.
“Perlu pendekatan kepada warga setempat, sehingga ke depan akan aman seterusnya,” ujarnya, saat ditemui wartawan, seusai menghadiri pertemuan pelaku wisata Solo, di salah satu restoran di kawasan Jl Slamet Riyadi, Sabtu (5/10).
Tak bisa dipungkiri dalam pembangunan hotel di suatu kawasan tak jarang mendapat reaksi penolakan dari warga sekitar. Hal itu, menurut Abdullah Soewarno, salah satunya disebabkan adanya pendekatan yang kurang dari pihak investor ke warga.
“Berdasarkan pengalaman, beberapa pembangunan hotel itu selalu ada masalah dengan warga. Terutama karena pendekatan yang kurang bagus dan juga penyelesaian soal air tanah,” kata dia.
Selain pertimbangan aspek sosial kemasyarakatan, Abdullah Soewarno memandang, pendirian hotel juga bakal berlangsung mulus manakala pemerintah setempat bersikap tegas dalam perizinan.
“Pengawasan dari pemerintah yang benar-benar harus tegas. Jangan memberikan izin, tapi tidak mengawasi,” tandasnya.