Solo — Pemain basket Jerry Lolowang baru saja selesai menjalani kemoterapi sesi pertama. Dan saat ini dia sedang bersiap untuk kembali ke Penang, Malaysia untuk menjalani kemoterapi sesi kedua. Ditemui di Black Canyon Coffee Solo Paragon, Kamis (24/10) sore, pemuda kelahiran Solo itu berbagi kisah seputar perjuangannya memperoleh kesembuhan dari kanker testis.
“Suka dukanya (menjalani perawatan) dibikin lucu aja,” kata Jerry.
Mantan pemain basket Tim Satya Wacana Salatiga itu menjelaskan, ada sebanyak 16 kali kemoterapi yang harus dijalani di Mount Miriam Hospital di Penang, Malaysia. Setiap satu sesi biasanya terdiri dari empat kali kemoterapi. Itu berarti masih ada sekitar tiga sesi yang harus Jerry jalani.
Tentunya kemoterapi bukanlah sebuah prosedur medis yang mudah dijalani orang. Mual, sesak nafas, insomnia dan kondisi emosi yang berubah-ubah adalah efek samping yang harus dialami Jerry. “Setelah menjalani kemoterapi ini bobot saya turun 9 kg,” ujarnya. Jerry sendiri sekarang ini berpotongan rambut ekstra pendek bahkan hampir gundul. “Ini sengaja saya potong pendek karena salah satu efek kemoterapi rambut gampang rontok. Kalau saya usap kepala saya, langsung terlihat ada rambut rontok,” ujarnya.
Setiap sesi kemoterapi biasanya memerlukan waktu satu minggu. Dua minggu berikutnya akan dihabiskannya untuk beristirahat. Dia memutuskan untuk menjalani kemoterapi seorang diri karena perubahan emosi yang dialami membuat dia tidak nyaman bila ditemani keluarga. Selain itu dia juga memilih menghabiskan dua minggu istirahat di Jakarta dan Solo.
Menurut penuturan Jerry, peluang penderita kanker testis untuk sembuh bisa mencapai 90 persen. Tapi dalam kasus yang dialaminya, kanker yang dideritanya mengalami komplikasi hingga menyebar ke kelenjar getah bening. Selain itu, liver dan empedunya pun juga bermasalah.
Mengalami penyakit yang mematikan bukan kali pertama dialami oleh mantan pebasket Satya Wacana Metro LBC Bandung (dulu Salatiga). Dia ini pernah menjalani pengangkatan tumor pada kaki, ketika berusia 13 tahun.
Sekalipun kini dia berjuang untuk sembuh dari kanker, dia mengaku bahwa dia tidak membenci penyakit itu. “Saya tidak benci kanker. Penyakit ini membuat saya lebih mengerti dan menghargai hidup,” ujarnya.