Solo – Industri farmasi nasional diharapkan bisa menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, sebagaimana terjadi di negara-negara maju.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, Johannes Setijono, menganggap penting hal itu lantaran sejauh ini kontribusinya terhadap pendapatan negara masih terbilang kecil. Saat ini kontribusi industri farmasi nasional baru sekitar 0,5 persen terhadap total gross domestic product (GDP) Indonesia.
Sementara di banyak negara, terutama yang lebih maju dari Indonesia, kontribusi industri farmasi terhadap total GDP bisa mencapai 1,5 persen. Hal itu tentu saja merupakan suatu kekuatan yang cukup signifikan, bahkan di beberapa negara bisa lebih tinggi lagi.
“Jadi ini tantangan untuk kita bersaing lebih hebat lagi di ASEAN dan pasar global. Bagaimana farmasi Indonesia ini bisa jadi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia,” tegas Johannes Setijono, saat ditemui di Novotel, baru-baru ini.
Industri farmasi nasional diharapkan tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri saja, namun harus mampu berekspansi ke pasar ASEAN. Bahkan lebih dari itu, bisa bersaing dan eksis di negara-negara maju.
