Solo — Puluhan mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Solo menggelar aksi penolakan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organisation (WTO), Senin (2/12) di Bundaran Gladak.
Untuk diketahui, KTM WTO yang diikuti 159 negara anggota WTO bakal digelar, 3-6 Desember 2013 di Bali. KTM tersebut mengagendakan tiga agenda utama yaitu fasilitasi perdagangan, paket partanian dan kebijakan negara berkembang.
Aksi bertajuk GMNI Menggugat tersebut diawali dengan longmarch dari perempatan Gemblegan. Dengan membawa poster bertuliskan kecaman terhadap WTO, mahasiswa berjalan longmarch ke Gladak. Selain membawa poster mahasiswa juga membawa pocongan buatan bertuliskan WTO. Sesampainya di Gladak, mahasiswa menggelar aksi orasi dan tetarikal sebagai sindiran atas penindasan WTO.
Koordinastor Lapangan Aksi, Irwan Sehabudin mengatakan aksi GMNI tersebut merupakan upaya pemerintah agar tidak meratifikasi perjanjian apapun pada forum WTO di Bali. “WTO kami anggap sebagai upaya liberalisasi perdagangan. Jika pemeriintah ikut menyetujui ratifikasi paket pertanian bisa dipastikan pertanian kita akan hancur akibat serbuan produk pertanian negara-negara maju,” katanya di sela aksi.
Lebih lanjut, Irwan menyatakan Indonesia sama sekali tidak diuntungkan dari keanggotaan di WTO. Keikutsertaan di WTO hanya membuat Indonesia dibanjiri barang-barang dari luar negeri.
“Ada empat pernyataan sikap yang kami sampaikan, yakni pertama meminta pemerintah tidak menandatangani apapun di forum WTO, kedua meminta pemerintah keluar dari WTO, ketiga meminta pemerintah kembali ke ekonomi berdikari dan ke empat meminta pemerintah mempertanggungjawabkan kesepakatan sebelumnya dengan WTO di forum WTO sebelumnya,” tegasnya.
Selain aksi dan teatrikal, mahasiswa juga membakar pocong buatan WTO. Hal itu sebagai simbol harapan kematian dan hilangnya WTO dari Indonesia.