Boyolali — Hasil survei mitigasi bencana yang dilakukan Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS Solo, mengisyaratkan bakal ada longsor susulan di Lereng Gunung Wijil, Desa Gondanglegi, Klego. Masyarakat diminta mewaspadai terjadinya longsoran tersebut.
Hal itu diungkapkan staf peneliti LPPM UNS Solo, Sulastoro, saat menyampaikan sosialisasi mitigasi bencana alam geologi di Ruang Garuda Pemkab Lama Boyolali, Selasa (28/1). Dijelaskan, dari dua kali survei di Gunung Wijil Januari 2013 dan Minggu (26/1) kemarin, pihaknya menyimpulkan jenis longsor di Gunung Wijil tersebut yaitu rayapan di dua titik yang bersifat dormant.
“Artinya setiap saat akan terjadi gerakan tanah jika ada tenaga pemicunya, antara lain air hujan dan air permukaan serta getaran maupun beban kendaraan,” ungkapnya.
Tanda tanah longsor di Gunung Wijil hingga saat ini belum berhenti, di antaranya ditandai dengan kondisi tanah di lereng maupun pemukiman yang pada tahun 2013 baru mengalami retak-retak, saat ini sudah bergerak turun. Selain itu semakin banyak jumlah rumah yang mengalami retak-retak pada tembok atau dinding yang semakin parah.
Selain itu, juga ditandai dengan banyaknya pohon yang semakin miring dan sebagian sudah banyak yang ditebang warga. Tak hanya itu, juga ada penyempitan jarak rumah dengan tebung di dekatnya karena adanya material longsoran yang sedikit demi sedikit mendekati rumah.
“Kondisi semakin parah dengan sistem penyaluran air yang buruk dan menuju ke daerah yang pernah longsor, Sedangkan penyebab longsor selain kemiringan lebih dari 35 derajat,” terangnya.
Selain itu, erosi sungai Braholo juga menjadi salah satu penyebabnya. Dan juga karena banyaknya pohon-pohon dengan biomasa besar yang menjadi beban lereng menjadi besar. Ditambah lagi lokasi longsor berada dekat jalan raya yang menimbulkan getaran kendaraan.
“Perlu dibangun kesadaran lingkungan bagi masyarakat, supaya ada langkah nyata dalam menghadapi dan menanggulangi bencana,” imbuhnya.