Solo — Terkait kasus “ngeluyurnya” terpidana korupsi dana bantuan bea siswa miskin (BSM) tahun 2009-2010, Kabupaten Sukoharjo, Djoko Raino, Pihak Rutan Kelas 1A Solo menilai bahwa hal itu ada kekeliruan secara adminitratif dan teknis pelaksanaan.
Kepala Rutan Kelas 1A Surakarta, Sudjonggo, saat dikonfirmasi wartawan mengaku bahwa saat itu memang ada kekeliruan secara adminitratis dan teknis pelaksanaan. Namun kekeliruan tersebut ada dimana kantor wilayahlah yang menentukan. Dijelaskan, memang ada aturannya untuk keluar, meski begitu proses keluar itu perlu diketahui apakah yang bersangkutan mau sidang, periksa, atau mendapat asimilasi.
Saat ditanya terkait dengan keluarnya Djoko, memang tidak ia pungkiri, Sudjonggo mengaku yang bersangkutan duduk di warung soto tersebut karena menunggu tim dari Kejaksaan datang. Karena mobil tidak bisa masuk, maka terpidana keluar dan menunggu diluar.
“Yang bersangkutan itu keluar karena menunggu mobil, karena mobil dari kejaksaan belum datang, napi tersebut duduk di warung Soto,” jelas Sudjonggo, baru-baru ini.
Meski begitu, lanjut Sudjonggo, dirinya belajar dari kasus tersebut. Dia mengatakan, kedepan dirinya tidak akan memberikan izin kepada terpidana untuk menunggu jemputan kendaraan berada di luar Rutan.
Meski begitu, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada hari Jum’at (21/3) Djoko Raino, keluar dari rutan sekitar pukul 08.30 WIB sampai dengan sekitar pukul 11.30 WIB, namun tidak pergi ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan kesehatannya, melainkan menemui istrinya didekat Rutan disalah satu warung Soto.
Tak cukup sampai disitu saja, pada hari Sabtu (22/3), hari berikutnya, Djoko juga kembali keluar dari rutan dan kembali terlihat menemui seseorang di warung Soto yang sebelumnya digunakan untuk bertemu dengan istrinya. Usai menemui beberapa orang, sekitar pukul 11.15 WIB ia kembali lagi masuk ke rutan.
Sedangkan, pada hari Senin (24/3), Djoko kembali keluar dari Rutan, saat itu ia keluar bersama salah satu orang yang diduga kuat adalah pegawai Sipir Rutan. Djoko berjalan bersama salah satu pegawai tersebut ke arah timur, dan masuk kegang, selanjutnya menghilang disalah satu pekarangan yang ditutupi oleh seng berwarna biru. Pekarangan tersebut diduga kuat sebagai tempat pemancingan umum.