Timlo.net – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tetap tutup kuping meski kebijakannya untuk menutup lokalisasi Dolly mendapat penolakan dari PSK maupun mucikari setempat. Bahkan, dia meyakini penutupan tersebut penting untuk menjaga masa depan anak-anak yang terkurung di kompleks pelacuran terbesar di Surabaya itu.
“Endak apa-apa, saya kan harus nyelamatkan yang lebih besar lagi. Masa depan bangsa ini kan harus diselamatkan, terutama anak-anak di sana, karena merekalah yang akan meneruskan bangsa ini. Saya harus beri ruang pada mereka untuk mereka bisa berhasil seperti anak-anak lain di Surabaya,” ujar Risma di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (5/6).
Tak hanya itu, penolakan tersebut juga tak akan mengubah kebijakannya meski dipenuhi kontroversi. Dia yakin, upaya tersebut mendapat dukungan dari masyarakat sekitar.
“Endak-endak. Sama sekali endak. Warga di Surabaya banyak yang support bahkan warga sekitar situ,” tandasnya.
Dia tidak peduli meski diancam akan diadukan ke Komnas HAM dan Presiden. “Endak apa-apa,” ucapnya singkat.
Sebelumnya, ratusan lebih PSK dan mucikari dari beberapa wisma di Jarak dan Dolly, termasuk PSK dan mucikari eks-lokalisasi Sememi dan Moroseneng yang terlebih dulu ditutup Pemkot Surabaya, juga ikut bergabung menyuarakan aspirasinya di secarik kertas putih. Rencananya, tulisan-tulisan itu akan diserahkan ke Komnas HAM dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Jakarta, Jumat (6/6) besok.
Aksi menulis para pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari di Gang Dolly dan Jarak ini, digelar, Kamis (5/6), di sepanjang lorong (gang) prostitusi yang melegenda di Asia Tenggara tersebut. [has]
Sumber : merdeka.com