Timlo.net—Google merayakan ulang tahun ke-185 dari pemain Go dari abad ke-19 Honinbo Shusaku, yang dianggap sebagai pemain terhebat dalam permainan Go selama masa keemasan permainan tersebut.
Go diperkirakan ditemukan antara 3 ribu hingga 4 ribu tahun lalu di Cina dan disebutkan di buku Analects karya filosof Konfusius. Permainan ini yang oleh masyarakat Indonesia disebut Igo, permainan catur Cina, sampai di Jepang lewat Korea. Di negara itu, permainan ini diadopsi sebagai permainan populer oleh keluarga kerajaan Jepang sekitar 1500 tahun lalu.
Walaupun serupa dengan catur, tapi peraturan Go sederhana. Tapi tetap sulit dimainkan karena strategi kompleks yang dimainkan oleh lawan main.
Shusaku lahir di Kuwahara Torajiro pada 6 Juni 1829 di desa Innoshima, dekat kota Onomichi, Hiroshima.
Di usia enam tahun, dia telah memperoleh reputasi sebagai pemain Go handal di kota kelahirannya. Setelah mengalahkan hampir semua pemain Go di kota Onomichi di usia delapan tahun, dia pindah ke Edo, yang sekarang disebut kota Tokyo. Di kota ini dia belajar permainan Go dari rumah Go Honinbo yang legendaris. Dia berada di bawah pengawasan salah seorang pemimpin lokal. Dua tahun kemudian dia menerima gelar pertamanya, dan.
Selain kunjungan singkat ke Onomichi, Shusaku tetap berada di akademi. Dia diberikan nama Honinbo Shusaku pada tahun 1841 saat dia dipromosikan untuk gelar 2-dan.
Selama perjalanannya dari Onomichi ke Edo pada 1846, dia bertemu Gennan Inseki, seorang pemain Go berusia 50 tahun bergelar 8-dan. Insiden ini tersebar luas karena Inseki dikabarkan merasa malu karena kalah dengan juniornya Shusaku yang hanya bergelar 2-dan.
Shusaku lantas menjadi orang kedua yang menerima gelar Gosei atau “Go Saint.” Orang pertama dengan gelar ini adalah pendahulunya dari sekolah yang sama Honinbo Dosaku.
Shusaku dikenal karena memenangkan permainan 19 istana berturut-turut di mana pertandingan digelar di hadapan shogun. Skornya tetap tidak terkalahkan bahkan oleh para pemain Go modern yang menghitung skor mereka dan membandingkan tingkat keahlian mereka dengan Shusaku.
Pria ini meninggal di usia 33 tahun pada 1862 setelah dia terkena kolera saat merawat anggota sekolah yang menderita penyakit ini. Dia dikuburkan di kota kelahirannya.
Sumber: The Independent.