Solo — Berawal dari kejenuhan menjalani profesi sebagai pengusaha batik, Gunawan Kurnia Pribadi memutuskan untuk terjun di dunia kuliner dengan House of Ba’kul. Ba’kul sendiri merupakan kependekan dari batik dan kuliner.
“Proses produksi batik itu biasanya memerlukan waktu lama sehingga saya merasakan kejenuhan saat menunggu. Oleh karena itu saya menghabiskan waktu luang untuk mengasah hobi saya yaitu memasak,” ujar Gunawan saat ditemui di House of Ba’kul, Kampung Batik Laweyan, Jumat (20/6) sore.
Tapi sebelum memutuskan untuk mendirikan House of Ba’kul, Gunawan mencoba berbagai bisnis kuliner lain. Misalnya, pada Februari 2013 lalu dia mencoba berjualan mie ayam di wilayah Pasar Buah Purwosari. Mie ayam yang diraciknya itu diberi nama Mie Jepang dan dijual dengan harga Rp 5 ribu. Dia lantas mencoba membuka bisnis kuliner lain di kawasan Manahan dengan menu lebih komplit mulai dari mie ayam, bakmi rebus dan bakmi goreng selama setahun. Lantas dia menjajakan menu makanan soto di kawasan Lumbung Batik, Laweyan. Soto yang dia jual merupakan hasil racikannya sendiri dan dijual dengan harga seribu per porsi.
Gunawan sendiri mengaku bahwa pengalamannya berbisnis kuliner ini tidak selalu mulus, misalnya saat dia menjajakan soto kadang-kadang dia mendapat cacian dan makian, “Ada yang bilang terlalu asin, terlalu asam, dan lain-lain,” katanya.
Alasannya untuk membuka berbagai bisnis kuliner berbeda ini adalah untuk mendapatkan pengalaman dan mengetahui bagaimana respon orang terhadap racikan masakannya. Setelah merasa mendapatkan cukup pengalaman dan menemukan racikan bumbu yang pas, Gunawan memutuskan untuk mendirikan House of Ba’kul di kawasan Kampung Batik Laweyan.
Nama ba’kul rupanya juga terinspirasi dari pengalaman hidup Gunawan yang meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang PNS (pegawai negeri sipil) dan mulai berjualan sebagai bakul batik di Jakarta pada tahun 1989. Hingga akhirnya usaha batiknya berkembang dan dia mendirikan Gunawan Batik Design di Kampung Batik Laweyan Solo.
Ada beberapa hal yang unik dari rumah makan yang buka dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB tersebut. Misalnya, interior yang digunakan berasal dari barang-barang recycle (daur ulang). Makanan yang disajikan adalah makanan-makanan khas Jawa yang diraciknya sendiri. Tapi nama menu-menu makanan diganti menjadi istilah-istilah dalam desain batik. Misalnya mie ayam diubah menjadi ukel pitik. Bakmi goreng diubah menjadi ukel gongso dan soto diubah menjadi pitik kungkum.
Selain nama menu makanan yang diubah, mereka juga menyediakan cemilan-cemilan tradisional yang disajikan atau diolah ala masakan Londo (masakan asing). “Misalnya tape Mozzarella yaitu tape goreng dengan topping keju mozzarella dan tampilan menyerupai pizza,” terang Gunawan. Ada juga Pizza Kulit Lumpia, yaitu pizza yang dibuat dari kulit lumpia dan ditaburi keju mozzarella.
Untuk memasarkan House of Ba’kul sendiri, Gunawan berusaha membuat event yang memadukan bisnis batiknya Batik Gunawan Design dan bisnis kulinernya. Beberapa event yang akan digelarnya berupa dagelan, campursari, tarian tematik/etnik, motivasi bisnis, fashion show, cooking class dan outbond batik.